UNSAFE ACTION BERKENDARA
Gempur Santoso
Guru Besar Universitas PGRI Surabaya, Ketua Litbang K3 Indonesia.
Riuh kendaraan sebagai alat transportasi. Kendaraan itu terutama motor maupun mobil di jalanan dalam kota. Bahkan arus lalu lintas mejadi macet saat jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan.
Saat keadaan macet seperti itu orang masih berani saja berkendaraan walau rawan kecelakaan yang bisa jiwa melayang. Aktivitas manusia semakin sibuk membutuhkan transportasi. Kebutuhan transportasi memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain, seolah risiko apapun tetap dijalani. Walau di jalan raya memiliki risiko kecelakaan sangat tinggi, tetap berani berkendara. Risiko itu, jika kita mendengarkan berita radio, televisi maupun koran hampir tiap hari ada kecelakaan di jalan menelan korban jiwa.
Perilaku manusia berkendara di jalan raya seolah keburu buru. Sampai manufer manufer terhadap kendaraan lain dilakukan, seolah jalan raya untuk dirinya sendiri. Saat jalan raya longgar, berkendara ngebut seolah kawatir ketinggalan dari aktivitas sesuatu. Mereka lupa bahwa di jalan raya memiliki risiko kecelakaan sangat tinggi.
Kita bekerja butuh fasilitas tranportasi. Kita bekerja mencari kehidupan dengan berusaha memenuhi kebutuhan hidup. Mengapa mencari hidup harus keburu buru di jalan raya yang justru risiko kecelakaan yg membuat mati hidup itu sendiri. Keburu buru berkendara di jalan raya hampir seperti keburu buru ingin mati (meninggal dunia).
Hidup ini masih panjang. Bahkan hampir semua orang berdoa memohon agar panjang umur barokah. Bagi yang berulang tahun pun didoakan "selamat ulang tahun semoga panjang umur". Agama pun mengajarkan "banyak bersilaturohin dapat memperpanjang umur". Mengapa doa doa memohon panjang umur dikianiti sendiri saat keburu buru berkerdaraan injury kematian.
Keinginan panjang umur, sebaiknya pun diwujudkan dalam perbuatan. Kita berkendaraan seharusnya tertib lalu lintas, tetap konsen dan santai, syukur menikmati berkendara dan alam sekitar dalam pandangan di jalan yang dilalui. Dahulukan orang menyeberang, beri jalan ke pengendara lain yang mengalami kebutuhan jalan. Jaga jarak jika ada rem mendadak kendaraan depan, masih sempat berhenti tidak nubruk. Marilah dibuat indahnya berkedara terhindar kecelakaan.
Kebijakan pemerintah wajib mengimbangi. Jumlah kendaraan dilos (dibebaskan), terus produksi kendaraan tanpa dikendalikan. Jika tidak, jalan dilebarkan selebar lebarnya sementara jumlah kendaraan tak dibatasi, tetaplah jalan akan macet bahkan samakin macet total. Kapitalisasi marketing mobil dan motor harus di-redain agar kendaraan di jalan raya tertata. Kapitalisasi dibuka seluas luasnya juatru akan memacetkan kehidupan pada jalur bidang apapun.
Kapitalisasi memang mempercepat mengumpulkan dan melipatgandakan materi (duit), tetapi memacetkan kehidupan yang lain. Kita tahu pabrik kendaraan adalah milik pengusaha negeri asing. Jadi kapitalisasi produksi dan marketing mobil motor di negeri ini menguntungkan matari untuk negara asing. Kapitalisasi itu menguntungkan negeri asing, tetapi mencelakakan bahkan mematikan pengendara di negeri kita sendiri.
Saya pernah ke Jepang, di sana di jalan raya sepi kendaraan mobil bahkan hampir tak ada motor. Jalan raya di sana lenggang. Kita lihat di negeri kita motor dan mobil produksi jepang memadati jalan raya paling paling tinggi. Negeri kita hanya sebagai pasar produk mereka.
Pepatah Jawa "alon alon asal klakon" atau mirip pepatah "biar lambat asal selamat". Itu sebagai peringatan bahwa kita harus hati hati dalam melakukan sesuatu agar kita tetap selamat sampai tujuan yang kita ingin capai.
Cepat selamat itu yang diharapkan. Jika prasyarat cepat belum terpenuhi sebaiknya alon alon/lambat/genah genah yang utama hidup adalah selamat.
Masyarakat pun telah mengingatkan. Beberapa kampung membuat papan peringatan "ngebut benjut", "hati hati banyak anak kecil" dan lain sebagainya. Itu pertanda kita ingin sesama bangsa sendiri agar tetap dalam keadaan selamat, tidak mengalami kecelakaan. Tak usah keburu di jalan, nikmati, dan tatap hati hati. )
-----------
Tahun VII Edisi 15-31 Jan 2018
0 Komentar