APENSO INDONESIA

header ads

DEMOKRASI KUCING DALAM KARUNG

DEMOKRASI KUCING DALAM KARUNG

Oleh: Gempur Santoso
Managing Director APENSO Indonesia

Pelaksanaan demokrasi. Dulu, sekitar tahun 1970 an. Atau sebelumnya. Semenjak mengenal kata demokrasi. Saat sekolah, dulu. Pengertian demokrasi: dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Demokrasi berasal dari kata demokratia yang merupakan salah satu kata dari bahasa Yunani. Demokrasi sendiri memiliki arti suatu kekuasaan rakyat. Secara umum, demokrasi terbagi menjadi dua kata, yakni: demos dan kratos. Kata Demos yang maknanya adalah rakyat. Dan, Kratos yang maknanya adalah kekuatan atau kekuasaan.

Setingkat wilayah desa. Dilakukan demokrasi langsung. Mengapa? Karena se desa mengenal calon kepala desa (cakades).

Perilaku, watak, wahing, watuknya cakades, sehari-hari diketahui rakyat setempat. Artinya sesama warga masyarakat desa setempat, saling mengenal.

Se desa, tidak luas dibanding se kabupaten. Jumlah penduduk tidak banyak. Sangat memungkinkan kenal dan mengenal. Maka, coblosan bukan menggunakan gambar foto cades. Cukup gambar polowijo, buah buahan: jagung, padi, pisang, tebu, mangga dan lain lain. Sesuai kehendak cades. Gambar polowijo, sebagai gambaran visi jika terpilh jadi kades (lurah).

Bahkan, saat berdoa hajatan, atau doa-doa lainnya. Diberikan simbul polowijo atau benda lainnya. Misal kelapa cengkir: kencenge pikir (niat sungguh sungguh). Buah sawo (shoufu) lurus, tetap di jalan lurus dan lain sebagainya.

Kalau sistem masyarakat sosial. Tentu sedesa bahkan lebih, masih saling kenal mengenal. Pancasila mengajarkan sistem sosial. Sila ke 5: keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jika sistem masyarakat individual, sangat kecil kemungkinan bisa saling mengenal. Bahkan rumah tunggal tembok (tetanga sebelah pas) saja, bisa sampai tak kenal.

Mulai tingkat calon bupati/walikota, calon gubernur sampai calon pemimpin negara. Menggunakan permusyawatan. Dipilih oleh legislatif. Anggota legislatif dianggap tahu prilaku, watak, wahing, watuknya calon. Kalau pemilihan langsung, sangat mungkin tak semua kenal mengenal calon. Paling tahu fotonya doang.

Apalagi se negara, pastilah sebagian besar tak kenal mengenal calon. Bahkan tim sukses (timses) calon kepala negara, sebagian besar tak kenal mengenal calonnya. Mungkin hanya tahu saja. Mengenal dan tahu memang beda. Apalagi hanya sekadar tahu.

Pemilihan pemimpin dari rakyat. Tidak mengenal. Mungkin tahu saja dari media. Bahkan ada yang sama sekali tidak tahu. Mungkin hanya dengar. Itu biasa orang orang menyebut "memilih kucing dalam karung". (GeSa)

Posting Komentar

0 Komentar