Berita:
NING TIWUK SUTATIK PEMAIN LUDRUK RRI TIGA JAMAN
Oleh: Kris Mariyono
Director Jurnalism APENSO Indonesia
Ning Tiwuk panggilan Tiwuk Sutatik yang tercatat pemain Ludruk RRI Surabaya tiga jaman.
Tiga jaman yang dilalui artis ludruk kelahiran 1950 ini. Jaman Rekaman Piringan Hitam (1970), Cassete (1980) dan compact disk (CD) (2000). "Itu tiga jaman ditinjau dari produk rekaman memang lain dilihat dari era yaitu era 60 an, 80 dan 2000 an "Jelas Ning Tiwuk yang pernah rekaman PH di tahun 80an dengan lakon Sakera.
"Dari beberapa pemain ludruk RRI Surabaya yang terlibat dalam rekaman PH produksi Mutiara yang dibuat sekitar tahun 70 an seperti Bachron, Munali Fatah dan Umi Kalsum semuanya sudah kembali kehadiratNya tinggal saya saja yang masih hidup "Ujar Ning Tiwuk sembari mengamati PH Sakera koleksi RRI Surabaya.
"Ya nama Tiwuk Sutari yang tertera diskripsi di PH nama saya sebenarnya Tiwuk Sutatik" Imbuhnya mantap.
Berbicara Lakon Sakera yang direkam dalam PH hampir 50 tahun lalu menurut Ning Tiwuk, pada era 70 an, tidak hanya sering dipentaskan di Surabaya namun juga dibeberapa kota diantaranya di Jakarta. "Memang paling sering diminta main di RRI Jakarta" Kilahnya singkat.
"Lakon Sakera merupakan lakon yang populer dan kental nuansa Jawa Timur utamanya Madura "Ungkap Ning Tiwuk sembari menambahkan Tokoh Ning Marlena yang diperankan, perempuan Jawa berperas cantik dan supel. Dalam cerita Sakera yang melegenda hingga kini Ning Marlena dimadu Pak Sakera yang sudah beristrikan Mbok (Bu) Sakera.
"Karena Ning Marlena itu orangnya cantik dan baik budi maka diakui saudara oleh Mbok Marlena tapi saudara Sakera yang bernama Brodin secara diam-diam jatuh cinta kepada Marlena. Suatu saat Pak Sakera mendengar kabar ketika sedang dipenjara kota karena korban fitnah. Brodin merayu Marlena. Singkat cerita Brodin dihabisi Sakera dan Sakera masuk penjara lagi. Itu sekilas cerita Sakera yang diwarnai cinta, persaudaraan dan harga diri" Kata Ning Tiwuk ketika usianya sudah menginjak tua peran Marlena yang telah dijiwai sepenuh hati harus digantikan orang.
"Marlena gadis muda kalau saya sudah bertambah usia harus tetap memerankan Marlena ya tidak pantas" Tandasnya penuh semangat.
Eksistensi Tiwuk Sutatik yang sudah 50 tahun menekuni seni ludruk, tidak terlepas kesan suka dan duka dalam memerankan berbagai adegan baik dalam suasana perkotaan maupun pedesaan. "Gara-gara saya nonton Ludruk RRI Surabaya nama saya menjadi Tiwuk. Sebenarnya nama saya hanya Sutatik. Ketika saya sebagai penggemar ludruk RRI ketika melihat langsung di Studio, lakonnya berseting suasana pedesaan karena pemainnya kurang satu, maka ni Umi Kalsum sebagai pemain senior ..memanggil saya dengan sebutan ....Wuk...Wuk..ayo bantu jadi gadis desa..pokoknya jika tak jawab saja ya...akhirnya ..Wuk...Wuk itu menjadi..Tiwuk sampai sekarang" Kenang ning Tiwuk sembari tersenyum.
"Saya merasa tersanjung ketika berkunjung ke beberapa daerah, tidak sedikit yang mengenali karakter suara saya dan banyak pula yang merespon aksi peran yang saya lakukan " tutur ning Tiwuk yang sejak diangkat menjadi PNS RRI tahun 1982 Ning Tiwuk selain bermain ludruk juga membantu program Siaran Pedesaan.
"Meski demikian main ludruk yang utama "ungkap Ning Tiwuk yang fasih mengumndangkan tembang Ikon Siaran Pedesaan RRI Surabaya "Murah Sandang Pangan Seger Kewarasan".
Menyinggung kaderisasi pemain ludruk menurut Ning Tiwuk selain perlu diupayakan secara terprogram juga harus perlu melibatkan pemain senior. "Di RRI Surabaya sudah dilakukan oleh para pemain senior, anak magang diberi porsi lebih jika tertarik menekuni seni tradisional ludruk, karena memang memiliki minat dan kecintaan terhadap ludruk akan cepat maju dan memahami" Beber Ning Tiwuk yang menambahkan perlunya ludruk memiliki media Kursus atau Sanggar latuhan.
"Pesan saya agar generasi muda memiliki kepedulian terhadap pelestarian terhadap seni ludruk, karena kalau tidak lambat laun akan punah".
Semoga ludruk tetap dan terus lestari.
(KM)
0 Komentar