Catatan:
SAMPAI KAPAN?
Oleh: Gempur Santoso
Orang ini usia sudah 63 tahun. Sejak awal kerja sebagai satpam. Dulu sebagai pegawai satpam tetap. Sejak usia 60 tahun pensiun. Sisa umur setelah pensiun, melamar kerja lagi, karyawan kontrak satpam. Lembaganya baik hati, sudah orang tua 63 tahun masih diterima kerja kontrak.
Orangnya selalu loyal di tempat kerjanya, katanya. Gaji di bawah UMR. Sejak dulu. Dicukupkan untuk kebutuhan rumah tangga. Sejak dulu gaji kecil kok mau?. Tanya saya. Jawab beliau "keluar kerja, cari kerja di tempat lain ya sulit". Dia adalah Pak Di, nama panggilannya.
Itulah salah satu gambaran fakta. Keadaan rakyat kecil di Indonesia. Jumlah karyawan seperti pak Di jumlahnya puluhan. Di tambah di tempat lain lain bisa ratusan. Bahkan ribuan ataupun jutaan orang.
Gambaran lain. Agak siang. Tak lama, saya ketemu alumni saya. Usia 51 tahun. Ibat namanya. Sejak lulus kuliah 27 tahun lalu menjadi guru sukuwam/honorer. Nemui saya. Ngurus legalisir transkrip nilai dan ijasah. Tentu saya tak berhak melegalisir, walau dosen tahu persis dia.
Saya sambungkan dekan. Dekan yang baik. Kebetulan dekan berada di luar kantor dekan. Ibat di mohon nemuinya di luar kampus ini. Dilegaliair.
Untuk apa legaliair?. Katanya daftar guru di kemenag. Dibolehkan daftar sebelum usia 55 tahun. Masih ada peluang. Jika diterima tak lama lagi sudah pensiun.
Itulah gambaran keadaan masyarakat rakyat Indonesia. Sangat mungkin nasib seperti Ibat pun jumlahnya ribuan ataupun jutaan. Bahkan guru yang terlantar pun banyak sampai kehabisan umur.
Kalau kita melihat di sisi lain. Ketika musin politik. Pilpres atau pilkada atau pileg. Janji janji calon Presiden atau calon bupati/wali kota atau calon legilatif.
Setiap pemilu. Semangat calon bukan main gempitanya. Nanti kalau betul jadi, buruh atau guru atau atau dan atau semua akan sejahterakan. Dilayakan hidupnya rakyat. Betul betul menggembirakan.
Setiap pemilu, musim kampanye semua menggembirakan. Janji. Program. Kalau Pak Di, Ibat dan semua seperti beliau yang terlunta lunta masih banyak banget.
Sudah berapa kali mereka ikut musim pemilu. Kalau usia 50 tahun 60 tahun. Paling tidak sudah pernah punya hak pilih nyoblos 6 sampai 7 kali pemilu.
Dijanjikan oleh yang jadi pemimpin rakyat ini juga sudah 6 sampai 7 kali. Pemimpin berganti ganti. Rakyat tetap masih ada banyak yang terlunta lunta seperti pak Di dan Ibat.
Rakyat sudah kerja keras, loyal terhadap tempat kerja, pemerintah dan negara. Nasib rakyat tetap masih ada yg terlunta lunta tak berungtung.
Janji lagi?
Sampai kapan?
(GeSa)
0 Komentar