BUDAYA NYADRAN, KERUKUNAN ANTAR MANUSIA DAN ALAM
Oleh: Gempur SantosoUri uri budaya. Namanya: bersih dusun, atau sedekah bumi, nyadran. Di dusun ini selalu ada acara bersih dusun, tiap tahun. Budaya ini, di beberapa dusun desa ada. Selain do'a do'a, juga hiburan tayub dan wayang kulit. Kepala dusun yang memimpin.
Menjelang hari H. Setelah sholat isa'. Diadakan do'a bentuknya tahlilan. Kyai setempat yang memimpin. Penduduk dusun masing masing membawa makanan. Nasi lauk kengkap dan kue. Dimakan besama setelah acara doa selesai. Doa untuk para semua leluhur desa, utamanya leluhur yang pertama babat dusun (Dayang). Sebelum doa bersama, ada petuah petuah (maidhotul kahsanah) singkat dari Kyai (Mbah Yai).
Hari H, pagi hari acara doa lagi. Namanya doa barikan (=barokah). Semua penduduk, pria wanita, besar kecil. Tiap rumah membawa nasi tumpeng, ingkung panggang ayam. Semua penduduk hadir di pendopo. Doa dipimpin Kyai setempat. Harapan doa agar semua penduduk desa mendapat barokah dari Tuhan, dan desanya bersih lingkungan sehat.
Kebersamaan umaro dan ulama seperti itu sudah terjalin erat sejak dulu. Sejak saya lahir sebelumnya sampai saat ini sudah ada. Kebersamaan membangun, merawat dan menjaga dusun. Menjadi membudaya.
Setelah itu hiburan tayub. Break sejanak, dhuhur. Tayub diteruskan sampai ashar sekitar pk 4 sore. Sudah menjadi adat sholat ashar tidak awal . Tapi sore ditandai suara khentongan dari Masjid, disesuaikan waktu orang pulang kerja dari sawah. Saat nyadran libur tidak ke sawah.
Malam harinya, gelar wayang kulit. Ramai. Di jalan jalan dipenuhi orang jualan, semacam pasar malam. Sore ini sudah siap. Pembukaan wayang akan dihadiri perangkat desa, ulama, pihak kecamatan dan kepolisian.
Budaya bersih dusun, sedekah bumi atau nyadran. Wajud kebersamaan semua umaro, ulama, rakyat, juga dengan orang yg telah wafat, leluhur. Komunikasi antar alam. Barokahalloh untuk peduduk dan dusun Plosorejo, Desa/Kecamatan Kunjang, Kab. Kediri. Saat ini nyadran sedang berlangsung.
(GeSa)
0 Komentar