DEMOKRASI, PERGANTIAN ATAU PEREBUTAN KEKUASAAN
Oleh: Gempur SantosoAPENSOINDONESIA.COM
Sistem demokrasi, pergantian (reformasi) kekuasaan sebetulnya berharap tidak ada korban rakyat wafat konyol seperti saat sistem perebutan kekuasaan. Demokrasi diharapkan pergantian kekuasaan alami "suara rakyat suara Tuhan". Jumlah suara terbanyak yang menjadi penguasa.
Banyak sejarah menceritakan perebutan kekuasaan, rakyat jadi korban. Bahkan korban jiwa (kematian). Perebutan kekuasaan kerajaan, perebutan kekuasaan oleh penjajah dan lain lain.
Rekayasa demokrasi. Menjadi tidak demokrasi alami. Tidak betul betul pilihan rakyat atas hati nuraninya. Menjadi "suara rakyat bukan suara Tuhan" saat direkayasa. Sebab kebenaran Tuhan ada di hati nurani masing masing.
Memilih barang yang tidak tahu barangnya. Mana tahu yang berkualitas mana yang tidak. Tentu tidak akan bisa memilih yang tepat. Di saat kekosongan ketidakmampuan pribadi memilih, mengarah "memilih kucing dalam karung". Pada kekosongan sulit memilih itulah rekayasa demokrasi dijalankan.
Rekayasa demokrasi, tentu by design. Sejak awal hingga akhir pemainan rekayasa demokrasi yang dilandasi perebutan kekuasaan. Pada era kemerdekaan ini. Mungkinkah pola pikir perebutan kekusaan berubah menjadi pergantian kekuasaan?. Kita tahu menefes pola pikir adalah prilaku. Sangat mungkin, itu terjadi di sebagian besar pergantian RT atau RW. Yang lain, belum tahu.
Semoga tak terulang korban kematian "konyol" manusia, efek perebutan kekuasaan.
(GeSa)
0 Komentar