APENSO INDONESIA

header ads

KEMANDIRIAN


KEMANDIRIAN
Oleh: Gempur Santoso


Pentol Mbah Men (baca: mbah min). Puluhan tahun jual pentol bakso. Pentol aja. Kalau beli  dikantongi plastik gula. Pakai sambal, atau putihan (tanpa sambal). Diberi sebatang tusuk. Beli Rp. 1 ribu, Rp 2 ribu.....Rp. 5 ribu..berapa pun boleh.

Sejak anak saya usia PAUD (TK), sekitar tahun 1995 an. Sampai kini, mbah Min tetap masih terus jualan pentol.

Sejak orde baru sampai orde saat ini. Sejak presiden RI ke 2 sampai ke 7. Tetap urusan jualan pentol. Itulah mbah Min. Eksis. Kalau tak laku dan tak untung, tentu sejak dulu sudah berhenti jual pentol. Cukup.

Pencaharian jualan pentol. Tidak mbah Min saja. Beberapa orang juga jualan. Setahu saya di desa ini ada 4 orang.

Mereka mandiri. Tidak merepotkan siapa siapa. Termasuk tidak merepotkan pemerintah. Tidak digaji pemerintah. Tidak digaji juragan. Malah mungkin direpotkan pemerintah, kan bayar pajak dan lain lain. Tetap manut.

Para pementol....hehe penjual pentol. Awal dulu, kontrak rumah petak. Kini sudah punya tanah rumah sendiri. Hasil kesabaran keuletannya. Bahkan, ada yang anaknya juga dibuatkan rumah. Barokah.

Mereka, para manusia tak menggantungkan pada manusia (buruh). Mereka para juragan yang hidupnya digantungkan pada Tuhan saja.

Jiwa juragan, bukan jiwa buruh...walau jaualan pentol. Tidak minta minta (pengemis). Mereka bukan pengemis. Bukan pula seperti pengemis dikemas proposal atau ngamen gitar jrang jring gak jelas, atau lainnya. Bukan. Mereka kerja, halalan toyiban.

Mereka yakin, hanya ngemis pada Tuhan saja. Berdo'a.
(GeSa)





Posting Komentar

0 Komentar