APENSO INDONESIA

header ads

TEGUH SUJONO GURU SENI BUDAYA YANG PECINTA LUDRUK

Berita:
TEGUH SUJONO GURU SENI BUDAYA YANG PECINTA LUDRUK
Oleh: Kris Mariyono
Director Jurnalism APENSO



APENSOINDONESIA.COM -----"Peserta didik yang mengaku arek Suroboyo harus mengetahui dan memahami seni tradidional ludruk" ungkap Guru Seni Budaya SMAN17 Surabaya Drs.Teguh Sujono terkait upaya menumbuhkan apresiasi peserta didik terhadap potensi seni tradisional ludruk.

"Siapa lagi yang akan melestarikan seni ludruk kalau tidak generasi muda termasuk peserta didik SMA. Untuk itu mulai sekarang beberapa tahun lalu kami mengajak para peserta didik menonton langsung pagelaran wayang Kulit dan Ludruk" Jelas Pak Teguh yang memprogramkan kelas X untuk menonton.ludruk dan kelas XI menyaksikan wayang kulir.

"Untuk menonton ludruk peserta didik kami ajak melihat pagelaran Ludruk Irama Budaya di THR Surabaya dan Ludruk RRI Surabaya" Tambahnya terkait pentingnya memahami ludruk sebagai salah satu media perjuangan.

"Di jaman penjajahan Jepang dinilai alat provokasi yang dasyat salah seorang pemainnya Cak Durasim ditangkap karena kidungannya". Berbicara pengembangan seni ludruk kata Pak Teguh yang berlatar belakang pendidikan S1Bahasa Indonesia IKIP Negeri Surabaya sekarang Universitas Negeri Surabaya (UNESA) berpendapat, seni ludruk sebagai potensi muatan lokal. Tidak hanya layak diapresiasikan dikalangan generasi muda saja. Namun, juga harus menjadi bahan inspirasi potensi seni lainnya termasuk ceritanya.

"Memang layaknya sebagai warga Surabaya melestarikan seni ludruk minimal memahami cerita ludruk seperti Sawunggaling dan Sarip Tambakoso dan Branjangkawat" Tutur Pak Teguh yang menggunakan cerita Sawunggaling dalam Fragmen Budi Pekerti.

"Kami dalam lomba fragmen Budi Pekerti tingkat Jatim 2018 mengetengahkan lakon muatan lokal Sawunggaling yang berhasil masuk predikat terbaik" Ujar Pak Teguh yang mengambil nilai pengabdian anak terhadap orangtua seperti halnya pada cerita Sawunggaling.

"Menggarap cerita legenda untuk dihadirkan dalam suasana kekinian perlu kreativitas dan wawasan yang luas bagi sutradaranya agar tidak membosankan" Imbuh pak Teguh yang masih aktif mengembangkan ludruk dikalangan guru-guru seni budaya se kota Surabaya.


Mengenai kendala pengembangan ludruk di sekolah ungkap Teguh, dicontohkan sekolah sendiri sebenarnya sudah melaksankan aktifitas pembinaan seni ludruk namun terhambat persoalan perangkat karawitan.

"Karena tidak memiliki gamelan setiap latihan harus menyewa, ya cukup lumayan beaya sewanya. Kalau ada perangkat karawitannya kami optimis akan berjalan lancar. Sebab minat peserta didik cukup besar. Untuk itu kami terus bedoa agar SMAN 17 memperoleh hibah peringkat gamelan  baik dari Pemerintah maupun CSR perusahan di Jatim" beber Teguh penuh harap. (KM)

Posting Komentar

0 Komentar