APENSO INDONESIA

header ads

TOLAK UANG, JANGAN DICOBLOS ATAU TERIMA UANG, DI COBLOS ORANGNYA

Catatan:

TOLAK UANG, JANGAN DICOBLOS  ATAU TERIMA UANG, DI COBLOS ORANGNYA
Oleh: Agung Santoso
Ketua Media Online Indonesia DPD Jatim
APENSOINDONESIA.COM

    TOLAK uangnya, jangan dicoblos atau Terima uangnya, lalu coblos. Semua itu tergantung kepada setiap pemilih. Namun yang paling baik tolak uangnya jangan coblos orangnya. Nasihat itu ketika saya mendengarkan siraman rohani pagi di salahsatu radio.

   Menurut ustad yang rutin setiap hari mengisi usai sholat subuh kalau kita mau menegakkan kebenaran harus ada tekad berani dari diri sendiri. ‘’Jika setiap hamba Allah melakukan dengan cara menolak uangnya jangan coblos orangnya, karena harga diri memilih pemimpin tidak sama dengan nilai uang berapapun juga,’’tegasnya.

  Sedang tidak mencoblos orangnya merupakan bukti kita sebagai warga negara agar Pemilu 17 April mendatang benar-benar bersih dari praktek money politic. ‘’Kalau kita tidak menerima uang, dan tahu dia melalui timsesnya bergerak mendekati masyarakat untuk meraih suara, tentu niatannnya harus diluruskan,’’ujarnya.

  Bila kita merenung apa yang dikatakan sang ustad atau siapapun tokoh agama, tokoh masyarakat, cendikiawan bahkan saudara kita rumpun bawah susah untuk menghilangkan money politic memang benar. Tapi kalau kita tidak memulai sekarang, lalu kapan lagi?

  Bila timses yang bergerak kapasitas untuk caleg bahkan capres saat ini kita menghargai mereka,  berjuang dengan sosialisasi program :  pengenalan diri. Sebaiknya pada saat perkenalan diri bisa diarahkan pada bakti sosial. Misalnya pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, penghijauan, atau bersih-bersih kampung yang semuanya untuk kepentingan umum.

   Sekali lagi nawaitu pengenalan diri dengan berbagai keegiatan, tidak ada embel-embel pilihlah saya. Masyarakat akan menilai mulai performance, kecakapan berbicara, penguasaan diri dalam dialog dan lain hal yang membuat masyarakat sesuai dapilnya simpatik, karena semuanya yang dibicarakan masuk logika tidak tidak berlebihan.

   Partai apapun bisa diterima ketika memasuki dapil yang dipilih caleg, tidak ada istilah ini daerahku itu daerahmu, Disini cukup gambar partai ku dan wajahku. Tidak ada partai yang kelas satu, kelas dua dan seterusnya. Karena semua sudah lolos dari KPU berarti semua partai layak untuk diberi kesempatan untuk mengantarkan calegnya menuju kursi dewan.

   Ratusan gambar caleg bersama partainya. Kita bisa menilai ada Caleg yang modalnya besar, ada caleg yang modal kelas menengah, ada caleg yang modal pas-pasan dengan perhitungan spekulasi, kalau menang suara tentu bersyukur kalau kalah suara tahu diri, karena semua serba premium.
(Ags)

Posting Komentar

0 Komentar