Oleh: Gempur Santoso
Mudik (Jawa= naik). Bisa diartikan pulang, kembali ke atas. Dari merantau di kota pulang ke kampung halaman (desa/gunung). Saat ini, mudik diartikan kembali ke orang tua atau sekaligus ke tempat kelahiran, ke asalnya.
Dulu.... Saat ini pun sebagian juga masih ada. Mudik ke kampung halaman. Dalam satu kampung masih sanak famili. Termasuk tamannya saat masih kecil (anak anak) dulu.
Saat ini, mudik tidak meski ke desa. Ada keluarga semuanya ada dalam satu kota. Ada pula di kota lain. Sama sekali tidak ada yg di desa.
Mudik. Menjadi urusan kembali ke orang tua, tempat kelahiran. Ketemu (silaturohim) ke ortu dan sanak famili. Semua itu, untuk meminta maaf atas kesalahan disengaja atau tak disengaja. Kesalahan langsung atau tidak langsung.
Tuhan mengampuni kesalahan manusia, jika kesalahan terhadap manusia telah saling dimaafkan. Setelah sesama manusia memaafkan, kemudian memohon maaf kepada Tuhan. Dosa dosa akan hancur (Jawa= lebar) maka disebut "lebaran".
Hal itu diyakini sudah tidak punya dosa lagi, menjadi suci (fitri) lagi. Itu menjadi sebutan Idul Fitri (kembali suci).
Hari raya idul fitri. Dirayakan tidak umat Islam saja. Nyatanya semua yg berbagai agama juga mendapat tunjangan hari raya (THR). Bagi yg berhak mendapat THR. Ya, baik juga. Semua menjadi fitri.
Tentu ke-fitri-an harus dijaga selama menjalankan hidup. Jangan membuat kesalahan yg menimbulakan dosa. Jaga hati masing masing. Juga jaga hati orang lain, jangan menyakiti hatinya.
Indahnya mudik. Indahnya lebaran. Perjalanan mudik menjadi kenangan indah. Saat lebaran dan pulang mudik pun menjadi kenangan indah.
Saat lebaran ketemu semua sanak famili. Semua (sebagian besar) pakai baju baru. Setelah sholat Idul Fitri, minta maaf ke ortu. Kemudian unjung unjung. Semua yg dikunjungi (unjung ujung) setiap rumah pasti menyediakan berbagai kue (gak ketang/walau paling tidak kue rengginan) dan minuman. Bahkan, ada yg menyediakan makan. Emmm indahnya. Mudik jangan lupa bahagia.
(GeSa)
0 Komentar