APENSO INDONESIA

header ads

GURU MENJAGA CHECK-LOK, BAGAIMANA DENGAN MURID?

Opini:

GURU MENJAGA CHECK-LOK,  BAGAIMANA DENGAN MURID?
Oleh: Gempur Santoso
APENSOINDONESIA.COM


Saat mendidik dibatasi jam (waktu). Apa yg terjadi? Saat mengajar dibatasi silabus yg jlimet apa yg terjadi?. Berbagai pendapat yg saya dengar.

Ada yang check-lok pagi sebelum ngajar, terus mulang (mengajar) sesuai durasi jam ngajar, pulang ngurusi keluarga. Sore balik ke sekolah check-lok. Disesuaikan jam kerja. Durasi jam mengajar/mendidik menjadi beda dengan jam kerja.


Ada pendapat lagi, lainnya. Guru dibatasi jam kerja, mengganggap seperti pekerja pabrik. Kalau di pabrik jelas, sebagai tenaga produksi. Apalagi kerja pabrik, sistem borongan. Jelas dalam kerja 8 jam menghasilkan sekian produk. Kalau guru yang mendidik anak apa tampak jumlah produknya? Ya ada benarnya sekaligus ada salahnya.

Ada lagi yg berpendapat. Guru wajib ngajar sekian jam dalam bidang matapelajaranya. Kelasnya (rombelnya) sedikit. Kekurangan jam ngajar. Kalau kurang jam ngajar, tunjangan sergu bisa jadi tidak cair (tidak dibayar). Guru bingung ke sana kemari mencari matapelajaran bidangnya sampai ke sekolahan lain. Kelebihan jam ngajar pun tak ada isentif lemburan.

Tentu kebingungan itu terkait tunjangan (rejeki) untuk biaya kesejahteraan keluarga. Tidak cair, bisa kembali jaman sebelumnya yakni trethekan (ke sana ke mari) cari utangan. Biasanya ngebon di koperasi. Hehehe...kan saya juga guru..pernah trethekan.

Mengapa urusan jam ngajar dan jam kerja guru masih belum balance sampai sekarang. Tampaknya ada kesalahan dalam memandang guru.

Jika guru dipandang sebagai pendidik mengajar murid. Tanggungjawab guru menjadikan perubahan murid menjadi baik: prilaku jelek mejadi baik, tak berilmu menjadi berilmu, kurang berakhlak  menjadi berahlak mulia, dari tak bisa menjadi bisa. Maka, keruwetan itu akan selesai.

Medidik dg cara mengajari yang tak dibatasi waktu. Kecuali selesai tuntas sampai murid bisa dalam materi. Atau, saat lelah, break iatirahat dulu, diteruskan nanti. Atau esok, pertemuan selanjutnya. Guru murid ketemu dimana saja bisa dialog, melakukan pembelajaran.
Pembelajaran dengan melakuan lebih baik dibanding sekadar ceramah. Murid terus belajar belajar dan belajar dibimbing guru, walau dg bermain. Setrategi pembelajaran disesuaikan usia murid.
Sayangnya saat ini guru lebih besar "semata" diarahkan bertanggungjawab pada adminiatrasi guru.

(GeSa)

Posting Komentar

0 Komentar