APENSO INDONESIA

header ads

INDONESIA DAN KETAHANAN PANGAN: SemNas Biologi 2019 UNIPA Surabaya

Berita:

INDONESIA DAN KETAHANAN PANGAN: SemNas Biologi 2019 UNIPA Surabaya

Oleh : Yitno Utomo
Direktur Teknologi Informasi Apenso Indonesia


APENSOINDONESIA.COM --- "DARURAT..!! dan kita butuh revolusi pangan" itu penggalan beberapa ungkapan Dr. Ir. Wahyu, MM yang merupakan Direktur PTPN VIII, perusahaan plat merah yang konsen terhadap hasil pertanian dan kehutanan. Menurut narasumber pertama yang asli lulusan UNPAD tulen ini (S1, S2 dan S3 dari kampus yang sama), bahwa setelah jamannya presiden Soeharto kita tidak memiliki kedaulatan pangan, bahkan saat ini Indonesia dalam kondisi memprihatinkan, bayangkan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan perkembangan teknologi pangan, anakmuda sudah tidak tertarik untuk melanjutkan usaha orang tua di bidang pertanian. Indonesia juga tergolong negara yang hanya berpangku pada satu model jenis makanan pokok, berupa nasi untuk supply karbohidratnya, ini yang kadang merumitkan, mau tidak mau demand beras meningkat dan ujung-ujungnya import.

Menurut beliau,  Uni Eropa (UE) melakukan kampanye hitam sawit terhadap produk kelapa sawit karena disebut merusak lingkungan. Hal ini pun membuat permintaan menurun yang akhirnya berdampak pada harga. Bahkan doktrin untuk menolak sawit Indonesia disampailan pada anak beliau yang saat ini kuliah di luar negeri, ironis banyak sekali kendala produk dalam negeri, khususnya pertanian yang bisa masuk ke luar negeri.

Pun demikian, alternatif pengolahan sawit juga dapat dijadikan produk unggulan, salah satunya bioetanol seperti yang disampaikan narasumber kedua Dr.Dra. Listiatie Budi Utami, M.Sc yang dari universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, yang memang kali ini fokus pada judul seminar "Jalur baru biosains menuju kesejahteraan masyarakat". Masih menurut beliau bahwa diversifikasi bahan pengganti minyak BBM sangat penting, apalagi Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan pertanian guna mendukung biosolar. Dalam paparannya ibu Listia juga memberikan gambaran bahwa Surabaya sudah sangat berimbang, terutama dengan tema SAKURA di kota ini, yang menjadi viral tematik kebersihan lingkungannya dengan taman-taman yang indah sehingga supply oksigen makin bagus, dan diharapkan mahasiswa juga wajib punya satu pohon untuk supply nafas dirumahnya, jangan kita cari udara untuk nafas dari pohon tetangga, itu yang patut kita semua sadari.

Tidak kalah menariknya pemaparan narasumber ketiga dari kampus kita, Dr. Drs. Sukarjati, M.Kes yang konsen terhadap reproduksi manusia, beliau menyoroti tentang Infertilitas yaitu Tidak kunjung hamil walaupun telah melakukan hubungan seks dengan jadwal yang diperhitungkan secara saksama dan tanpa alat kontrasepsi selama satu tahun. Ibu Sukarjati juga menyoroti bahwa dalam kasus ini sering wanita menjadi korban dan didakwa Sebagai penyebabnya, padahal harusnya harus dilakukan pemeriksaan intensif pada kedua pihak.

Seminar Nasional Biologi 2019 diikuti oleh 70 pemakalah dan banyak peserta seminar lainnya, yang semua artikelnya dipresentasikan dalam kelas paralel, peserta dari sekitaran kampus di Jawa Timur turut hadir, seperti UNESA, UNITOMO, UWIKA, STIKES Kediri serta dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, seminar berjalan dengan lancar dan ditutup pukul 16.10 Waktu Indonesia bagian Barat. (YTV)

Posting Komentar

0 Komentar