APENSO INDONESIA

header ads

PERGURUAN TINGGI SEHAT, BERBUDAYA, LEADING INTERNASIONAL

Opini:

PERGURUAN TINGGI SEHAT, BERBUDAYA, LEADING INTERNASIONAL
Oleh: Gempur Santoso


Paling tidak ada 3 permasalahan perguruan tinggi (PT).

Pertama, PT di Indonesia, swasta atau negeri tidak ada yg masuk dalam 100 besar on the world ranking university. Ini indikator PT di Indonesia masih terbelakang.

Kedua, kualitas PT masih menimbulkan pengangguran intelektual, S-1 maupun diploma. Menurut BPS 2019, pengangguran S-1= 5,89 %  dan diploma= 6,02%. Ini sangat terkait kualitas lulusan dan pengelolaan/ akreditasi masih belum optimal.

Ketiga, masalah pembiayaan. Ini terkait pebiayaan proses, pemenuhan sumber belajar terutama laboratorium dan perpustakaan manual/on-line. Lebih lebih perguruan tinggi swasta (PTS) yang pembiayaan sendiri utamanya dari mahasiswa. Kekurangan jumlah mahasiswa akan menggangu pembiayaan.

Ketiga permasalahan di atas sebagai pertanda PT kita masih belum sehat. Belum sehat dalam pengelolaan yg memiliki efek terhadap kualitas lulusan. Mau tidak mau hal itu harus disehatkan. Mau tidak mau ukuran sehat sesuai Standar Nasional Pendidikan Tinggi harus digunakan.

Rasio dosen dan mahasiswa menjadi penting. Ini menyangkut proses pembelajaran. Interaksi belajar mengajar. Terlalu banyak murid proses pembelajaran interaksinya kurang baik. Kurang jumlah mahasiswa efek utama bagi PTS adalah kekurangan untuk pebiayaan.

Sumber belajar utamanya laboratorium harus ada. Perpustakaan, internet online. Banyak e-book, jurnal terdapat di internet. Berlajar perlu laboratorium, dg berbuat akan menjadi bermakna, contektual learning, dibanding sekadar ceramah. Ini untuk meningkatkan kualitas output.

Administrasi kampus harus rapi, ringan, mudah, dan autometcly. Dengan kata lain smart, tidak ruwet. Apalagi sering salah dan ngulangi. Jelas mengganggu, lama dan merugikan.

Perawatan kampus pun penting. Jangan sampai proses helajar mengajar mengalami gangguan peralatan dan media. Itu akibat perawatan kampus yg tidak sistematik dan kontinyu penjadwalan. Kampus pun harus sehat: rapi, bersih, indah, bebas dari limbah/sampah.

Dosen harus di-upgrade dg pendidikan, kwalifikasi S-3. Memberi kesempatan dan biaya presentasi di forum internasional. Meneliti berbasis keahlian dan kelompok laboratorium. Dengan demikian, apa yg diajarkan betul betul kebenaran empiris. Juga, karya ilmiah dosen dapat terpublish secara nasional maupun internasional.

Ekstakurikuler bagi mahasiswa sangat penting. Hal itu untuk pembentukan karakter yang berbudaya. Tumbuh rasa peduli, amanah, gigih dan inovatif. Dengan dengan demikian perilaku berbudaya pun akan tumbuh. Sehingga, terjadi keseimbangan kecerdasan intelektual dan perilaku yang berkarakter.

Kampus akan maju bila rukun/kebersamaan. Ini terjadi jika sivitas akademika dalam nuansa harmonis, simbiosis. Semua kegiatan untuk menyukseskan tridharma perguruan tinggi. Tanggungjawab dan kewenangan jelas. Struktur organisasi jelas. Ketidakseimbangan kewenangan dan pendelegasian tanggungjawab membuat berjalannya kampus menjadi lambat. Kemajuan perguruan tinggi menjadi lambat dan melelahkan.

Semoga perguruan tinggi di Indonesia sehat, smart, leading di kancah internasional, berkualitas, tidak ada lagi pengangguran intelektual. (GeSa)







Posting Komentar

0 Komentar