APENSO INDONESIA

header ads

Bisa, Berilmu Mendamaikan

"Bisa, Berilmu Mendamaikan"
Oleh : Gempur Santoso

Biasa sesuatu memang akan bisa juga. Butuh waktu lama atau cepat. Latihan salah-satu indikator. Bermotivasi sering latihan relatif cepat bisa. Pepatah katakan "sekeras batu terus menerus ketetasan air, lama-lama akan berlubang pula" (sekeras kesulitan, terus berlatih akan bisa juga).

Chaerul pemuda Pinrang, Sulawesi. Lulusan Sekolah Dasar (SD). Lama-lama pun "bisa" membuat pesawat terbang. Sejak kecil pingin naik pesawat.  Saat muda bikin sendiri. Bisa. Namanya pesawat terbang "Ultralight". Lumayan bisa terbang sekitar 20 m di atas tanah/air laut.

Untuk bisa memang tidak sulit. Kalau mau berlatih. Terus dilatih. Yakinlah bahwa "bisa" positif adalah ilmu ataupun ilmu pengetahuan. Apalagi kita bisa, orang lain tidak bisa atau jarang yang bisa. Pasti "bisa" kita banyak yang membutuhkan.

Yang sulit itu apa? Justru yang sulit itu cari ijazah. Padahal "ijazah" tak menjamin "bisa". Ijazah jadi rebutan, salah-satu akibat dari setiap melamar pekerjaan mensyaratkan ijazah. Lamaran kerjanya tak disertai salinan ijazah, tak diterima.

Lowongan kerja tak mesyaratkan ijazah. Pokoknya bisa berkerja. "Bisa" tapi tak punya ijazah, digaji rendah juga.

Sebaliknya, punya ijazah tapi tak punya kemampuan "bisa" atau tak berilmu. Tentu akan merenungi ijazahnya saja. Akhirnya beraktivitas/bekerja sesuai yang "dibisai". Atau, sesuai ilmu yg dikuasai. Bukan sesuai tingkat ijazah yang dimiliki.

Ijazah dari pemerintah/lembaga formal adalah legalitas. "Bisa" tanpa legalitas bisa dianggap abal-abal.

Mungkin Anda pernah melihat di perempatan jalan tanpa traffic light. Seseorang mengatur lalu lintas. Arus lalu lintas pun jadi lancar. Seseorang itu "bisa" menjalani tugas polantas. Tapi bukan polisi sesungguhnya.

Seseorang kostum polantas lengkap, bukan polisi, jadinya mirip polisi. Bahkan sepeda motornya pun berbentuk voorijder. Tapi tak punya "legalitas". Orang biasa sebut "polisi cepek". Sekarang naik menjadi "polisi nggopek".

Akhir-akhir ini juga ada yang "bisa" jadi raja. Jadi ratu/permaisuri. Khususnya di Jawa muncul berbagai kerajaan. Juga ada, dengan sebutan empire/imperium (mungkin kerajaan imperialis).

Karajaan baru itu membuat kegaduhan masyarakat luas. Legalitas diragukan. Kesejarahannnya pun dipertanyakan. Kerajaan baru membuat keramaian sosial. Bahkan rajanya ada yg sudah berurusan dengan polisi. Kasus penipuan.

Walau sama rajanya, tidak ada legalitas. Malah pak Haji Rhoma Irama jadi "Raja Dangdut", sebelumnya. Tidak menjadi kegaduhan. Diterima masyarakat. Berguna menghibur masyarakat. Rhoma "bisa" jadi raja dangdut, itu sebutan masyarakat. Ratunya Elvi Sukaesih.

"Bisa" karena latihan. Diakui masyarakat luas. Karena berguna. Menyenangkan. Membuat kedamaian masyarakat luas.
Ada juga "bisa" malah membuat kegaduhan masyarakat. Tidak atau kurang diterima masyarakat.

Kalau "bisa" dianggap ilmu pengetahuan. Jadilah orang berilmu yang berguna masyarakat. Bukan meresahkan masyarakat.

Ilmu yang berguna merupakan amal dan amal jariah yang terus mengalir di dunia dan akherat.
(GeSa)










Posting Komentar

0 Komentar