APENSO INDONESIA

header ads

DIALOG GARENG PETRUK (DIGARUK): BANJIR KIRIMAN, KIRIMAN BANJIR

DIALOG GARENG PETRUK (DIGARUK):

BANJIR KIRIMAN, KIRIMAN BANJIR 
Oleh: Kris Mariyono
Director Jurnalism
apensoindonesia.com


Petruk memasuki tahun baru hatinya resah gelisah, rumahnya semakin basah merata, akibat air yang melimpah atau populer disebut banjir. Petruk merasa tenang setelah rumahnya yang terletak di jantung Ibukota Negeri Karang Kedempel Merdeka (NKKM) ditinggikan sekitar 50 sentimeter dari kondisi aslinya. Realitanya, masuknya catatan tahun lama penuh kenangan diganti mengawali tahun baru penuh genangan, sebuah peristiwa harus dicermati seiring fenomena alam.

Kang Gareng : "Yang penting harta bendamu masih terselamatkan Truk", ujar Kang Gareng sembari memandang syahdu Petruk.

Petruk : "Gelas diisi tomat, jelas selamat. Tapi tidak bisa dipakai lagi semuanya dari sofa sampai kasur busa sudah mandi basah Kang", ungkap Petruk sembari membasuh matanya.

Petruk : "Saya tidak menangis, cuma mataku terguyur air banjir gara-gara ada orang lari di lahan banjir", tambah Petruk sembari membetulkan rompinya yang juga tersiram air banjir.

Kang Gareng merenung melihat rumah Petruk yang tergenang air yang menunggu surut.

Kang Gareng : "Semua peristiwa banjir ini, akibat ulah manusia yang kurang menghargai keberadaan alam di lingkungan", cetus Kang Gareng tanpa basa-basi.

Petruk : "Bukan itu saja... Baskom ditaruh triplek, bisa komplek persoalanya. Dari hulu hingga hilir harus ada pembenahan, kalau banjir tidak menyapa ibukota", tutur Petruk bergaya diplomasi tanpa kontribusi.

Kang Gareng : "Ya Truk gayamu kaya petinggi negeri saja, padahal pikiranmu tergambar air banjir masuk ke rumah secara total seperti kolam renang, hahaha", beber Kang Gareng yang terus memantau perkembangan banjir siang dan malam.

Petruk : "Ke Surabaya beli jangkang, ya Kang. Teori dan praktek jangan disamakan. Teorinya di kawasan pegunungan, pohonnya ditebang habis, kemudian ditanami pohon baru. Pasti beres, beres airnya turun kekota. Bendungan yang sudah tua perlu dibangun lagi, dibiarkan saja? ya beres, jebol airnya ngelencer ke kota. Di kota, irigasinya tetap seperti yang dulu, sebelum ada rumah-rumah mewah diatas bukit dibangun. Ya beres, air melimpah jika besar tak terbendung itu banjir namanya", jelas Petruk bernada tinggi sambil matanya melotot.

Kang Gareng : "Truk... Di ibukota kalau sudah banjir parah begini katanya kiriman, padahal upaya antipasi ya belum optimal. Memang kiriman itu betul... Langsung dari penguasa jagad raya yang tidak rela pranata alam lingkungan diobrak-obrik umat manusia, sekaligus sebagai peringatan keras tentang keteledoran dalam membangun lingkungan", urai Kang Gareng sembari melangkah di lantai basah.

Kang Gareng : "Srett... Gedebuk... Gelodhak...", suara dari Kang Gareng yang melangkah.

Petruk : "Kepleset ya Kang? Hati-hati kalau jalan, pakai mata, biar tidak jatuh", kata Petruk spontan.

Kang Gareng : "Ya Truk...yang betul juga pakai topi...Eee kaki...terlambat sudah. Sudah gedebuk alias jatuh", ucap Kang Gareng sambil tersenyum menahan rasa sakit.

Petruk : "Kang itu kepleset kiriman, kiriman untuk ingat kalau jalan hati-hati, hahaha", tandas Petruk penuh semangat.

Kang Gareng : "Ajuur..ajurr. Kepleset kiriman, kayak banjir kiriman. Habis banjir paketan
", sebut Kang Gareng sembari melangkah ngacir.

🌸Ahad Berkah🌸

Posting Komentar

0 Komentar