PELUKIS WADJI IWAK TETAP PRODUKTIF DAN KREATIF DI USIA SENJA
Oleh : Kris Mariyono
Director Jurnalism
Apenso Indonesia
Pelukis Wadji MS. yang populer dengan sebutan Wadji Iwak kendati usianya sudah hampir menggapai angka 65 tahun, namun tetap energik, dinamis, produktif, dan kreatif. "Label kata Iwak yang sudah menempel dinama saya asli memang memiliki konsekuensi tersendiri dan kadang kala memiliki tantangan", cerita Wadji tentang sebutan namanya yang populer Wadji Iwak. "Senangnya orang ingat Iwak (Ikan) di kalangan pelukis pasti ingat saya, tapi dalam proses kreatif jika saya tidak mengetengahkan lukisan Iwak akan banyak yang bertanya "Kenapa Wadji sekarang tidak melukis Iwak? Hahaha", jelas Wadji yang diwarnai tertawa kecil. Menurut Wadji yang juga dikenal sebagai pemahat itu, tantanganya harus mampu menampilkan berbagai kreasi Iwak dari kecil sampai besar, Iwak Tambak hingga Iwak Laut. "Ya saya beberapa tahun terakhir tepatnya mulai tahun 2000, saya mulai berpikir melukis kreasi ikan atau iwak dalam berbagai nuansa dan corak", tutur Wadji yang pernah belajar melukis di Sekolah Minggu Aksera dan tahun 1979 mendirikan Sanggar Lukis Ayustha. Keberadaan Wadji diranah dunia pahat-pemahat, selain pernah membuat refief di Surabaya, Lampung, dan Balikpapan. "Patung di TVRI Jatim termasuk karya saya dan yang paling legendaris di kawasan Mako Kobangdikal Morokrembangan dan Releif yang berada di seputar pagar KBS merupakan karya monumental", ucap Wadji yang juga pecinta Sepeda Kuno.
Berbicara proses kreatifnya dikatakan, disamping banyak mengambil inspirasi dari sumber kehidupan juga belajar dari pelukis senior-seniornya dan membaca berbagai buku kesenian. "Ya melukis itu anugerah dari Allah Maha Pemurah. Untuk itu perlu selalu berdoa dan bersyukur", jelas Wadji yang pernah mendapatkan penghargaan 10 Karya Terbaik dari Forum Pelukis Muda Surabaya di era 90 an. Wadji Iwak yang kini menjabat Anggota Pleno Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) dikenal pula memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan seni tradisional. "Saya aktif membantu pengembangan kegiatan Ludruk dan Seni Jaranan dan Reog Ponorogo", tandas Wadji yang pernah mendapatkan penghargaan Bintang Emas dari Pusat Lembaga Kebudayaan Jawi Surakarta. Tentang aktifitas pameran sudah tercatat puluhan kali dan 12 kali pameran tunggal di beberapa kota di Indonesia. "Ya saya masih ingin berpameran tunggal", kata Wadji yang memegang teguh petuah Jawa "Ojo Dumeh".
0 Komentar