APENSO INDONESIA

header ads

PENDIDIKAN KENDALI DIRI

Opini :

PENDIDIKAN KENDALI DIRI
Oleh : Gempur Santoso

Dulu, saat zaman sulit sandang pangan. Zaman penjajahan. Banyak orang meninggal dunia (wafat). Akibat kurang makan. Kini, banyak orang wafat akibat kelebihan makan (rakus makan). Mengidap penyakit kolesterol, diabetes, hypertensi, dan sebagainya.

Dulu, banyak orang jadi pencuri akibat mlarat (miskin). Ketahuan, dipenjara. Kini, banyak masuk penjara akibat kebanyakan uang dan kekayaan (rakus harta). Kasusnya sama yakni "mencuri" alias korupsi.

Kurang makan atau kelebihan makan bisa cepat wafat. Kurang duwit (uang) atau kelebihan duwit (uang) bisa masuk penjara pula.

Zaman bebas. Mau apa saja, dibolehkan. Asalkan tidak menyalahi hukum positif. Bisa kena hukuman. Itu pun jika ketahuan penegak hukum. Jika tidak, bebas jeratan hukum. Jadi, tidak sulit untuk itu. Justru yang sulit adalah "pengedalian diri".

Banyak yang terjerumus kerugian, masuk penjara, bahkan kematian. Akibat kurang mampu "pengendalian diri".

Harus bagaimana? Kata pepatah Jawa "sak  madyo saja" (wajar saja, apa mestinya). Halal. Tak berlebihan juga tidak kekurangan. Yang penting "cukup". Saat butuh ada sesuai berat dan besarnya tanggung jawab hidup.

Mampu mengendalikan diri, perlu dilatih. Dididik. Terus belajar dengan berlatih. Perlu mendidik diri sendiri. Disiplin diri berbuat baik. Pepatah jawa "ojo pek pinek barange wong liyan" (jangan mengambil/menghaki barang apapun milik orang lain). Pun perlu latihan.

Kita hidup harus kerja keras. Di sisi lain, perlu pengendalian diri juga harus keras. Bahkan ada yang memiliki slogan : kerja, kerja, kerja.

Kerja keras dan pengendalian diri itu, "bekerjalah keras seolah hidup selamanya, dan beramalah sebayak-banyaknya seolah esok wafat" (hadist). Kalau ingat itu "wafat" semoga mengurungkan akan berbuat korupsi, nyolong, ngenthit, berbohong, dan sejenisnya kejahatan.
(GeSa)








Posting Komentar

0 Komentar