APENSO INDONESIA

header ads

“Ajak Siswa Untuk Cinta Terhadap NKRI“

“Ajak Siswa Untuk Cinta Terhadap NKRI“
Hari Ke – 35
Oleh : H. Banu Atmoko
Partner Apenso Indonesia


Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum colonial terus menggunakan politik adu domba atau “devide et impera”.

Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara. Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan yang bersifat nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata.

Kesadaran tersebut kemudian mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat nasional itu, yang kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di bidang politik, ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian, pers, dan kewanitaan.

Tekad perjuangan itu lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan tekad yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita moral rakyat yang luhur. Sikap dan tekad itu adalah pengejawantahan dari satu Wawasan Kebangsaan. Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan, dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang.

Wawasan Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).

“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.

Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur (Lemhannas RI 2005-2011), meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kesatuan atau integrasi nasional bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan. Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosial-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional.

Wawasan kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).

Dengan demikian dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia didalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.

SMP PGRI 6 Surabaya adalah Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir. Pada hari Selasa 18/2/2020 pukul 08.30 kedatangan tamu dari BAKESBANGPOL LINMAS Kota Surabaya yang diwakili Bapak Dwi Hargianto, S.Sos, M. H. selaku PLT Kepala Sub Bidang Fasilitasi Hubungan Antar Lembaga Bidang Kesatuan Bangsa BAKESBANGPOL LINMAS Kota Surabaya Dan Wakil Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya Ibu Hj Camelia Habibah, S.E.

Sebelum memulai acara Bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya mengajak seluruh siswa/siswi baik SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS “AL-IKHLAS Surabaya untuk berprestasi berkarya demi Negeri ini. Jangan sampai ketangkap SATPOL PP karena Kenakalan Remaja. Selanjutnya Ibu Hj Camelia Habibah, S.E sebelum sambutan mengajak seluruh siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “ AL-IKHLAS Surabaya untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta lagu Ya lal wathon.

Dalam sambutannya Ibu Hj Camelia Habibah, S.E mengajak seluruh siswa/ siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “AL-IKHLAS Surabaya untuk terus berprestasi dan berkarya, jauhi NARKOBA, jauhi Minum – Minuman Keras, serta tetap Pertahankan NKRI Harga Mati. Materi selanjutnya yaitu paparan dari Bapak Dwi Hargianto, S.Sos, M.H. selaku PLT Kepala Sub Bidang Fasilitasi Hubungan Antar Lembaga Bidang Kesatuan Bangsa BAKESBANGPOL LINMAS Kota Surabaya.

Bapak Dwi dalam paparanya ajak siswa/siswi untuk mengurangi Kenakalan Remaja dengan membentuk Geng tapi yang positif yaitu Geng Pengajian atau Geng Belajar bukan Geng untuk tawuran, disamping itu beliau menyampaikan 4 Pilar Wawasan Kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, serta NKRI.

Dengan adanya Semangat Nasionalisme untuk mewujudkan masyarakat adil makmur dan sejahtera menuju visi Indonesia 2020 yaitu Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Religius Manusiawi Bersatu Demokratis Adil Sejahtera Maju Mandiri Dan Bersih Menuju Indonesia Emas.

Pak Dwi mengajak jangan sampai terpancing dan terprovokasi dengan hal – hal yang belum tentu kebenarannya, apalagi berita dari media sosial banyak yang belum jelas. Dia berpesan agar siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya terus berprestasi berkarya dan pertahankan NKRI. Dalam kesempatan tersebut juga dibagikan hadiah TUMBLER dari Ibu Hj Camelia Habibah, S.E untuk siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya yang bisa menjawab pertanyaan dari Pak Dwi.

Di tempat yang sama, Bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya Alumni Jurusan PLS UNESA mengajak agar siswa/siswi dapat mempertahankan NKRI dengan rajin belajar dan terus meraih Prestasi serta menjauhi NARKOBA.*

Posting Komentar

0 Komentar