APENSO INDONESIA

header ads

KISAH NYATA : PEMBULUH DARAH OTAK BERDARAH

Kisah Nyata :


PEMBULUH DARAH OTAK BERDARAH
Oleh : Gempur Santoso

Banyak orang bilang : siap mati lebih baik, tak ada yg ketertinggalan daripada siap hidup.
Ini kejadian sungguh. Pagi, siang, sore itu masih di kampus. Sorenya/petang opname.

Makan - makan bersama. Sekitar 10 orang termasuk 5 bungkus dibawa ke kantor. Hampir kebanyakan nasi campur. Termasuk saya.

Teman - teman dosen balik kantor. Saya balik ke rumah. Sudah sore.
Di rumah. Duduk di kursi, sambil makan pisang.

Pisang belum habis satu buah. Sudah muntah - muntah. Tak bisa diempet. Terus muntah. Rasanya semua isi perut habis. Muntah.

Melihat semuanya, seolah berputar semuanya. Oleh istri, maunya dibopong ke tempat tidur. Tidak kuat. Apalagi jalan sendiri tidak kuat. Semua terasa muter. Kaki kuat, keseimbangan otak tak stambil, takut jatuh.

Akhirnya dibeberkan karpet di bawah kursi. Dlosorlah di karpet itu. Agak reda, tidak muntah. Tetap semua berputar.

Nunggu anak datang. Setelah magrib digendong anak - anak dan istri dinaikan mobil. Langsung RSUD Sidoarjo. Masuk IGD.

Data kesehatan saya dilihat. Langsung masuk MRT/ronkten otak. Ternyata : Pembuluh darah otak pecah - berdarah. Di tempat yang dulu pernah sedikit penyumbatan.
Lansung disuntik otak, obat, dll.

Semua kejadian saya ingat dan sadar, walau pembuluh darah otak saya pecah.

Kata dokter kalau pembuluh darah otak melebihi 4,5 jam terobati, akan lumpuh dibagian organ tubuh. Ya...beruntunglah Alhamdulillah cepat tetangani sikitar 2 jam. Istri saya dan anak saya hebat. Secara cepat saya dibawa ke rumah sakit.

Saya di kamar opname. 1 kamar 3 orang pasien. Ditambah yang jaga bisa sampai 12 orang. Jadi ramai. Tapi saya merem terus. Karena jika mata dibuka, bisa semua berputar. Bliyur - bliyur.

Lidahku cedal. Saya sadar. Sebut apa saja ke istri. Tak bisa bicara keras, apalagi cadel. Telinga istri saya dekatkan ke mulut saya. Pelan - pelan. Istri paham. Kebutuhan hidup saya dilayani istri, ganti baju, minum, makan, minum obat apa saja. Saya tetap merem.

Esoknya pindah kamar. Pavilium. Atas inisiatif Paliknya yang datang dari Kediri. Beserta ibu, kakak - kakak dan adik - adik lainnya. Semua yang melaksanakan kepindahan anak saya - Ganiy Hakim Larasadi. Terasa nyamanlah. Tidak berisik. Walau saya tetap mata terpejam.

Selama 7 hari. Kepalaku tak boleh lepas dari bantal. Artinya tidur terus, riyip - riyip merem lagi. Kencing pakai pispot. Pagi sore diseka istri. Selama itu, saya 3 sendok setiap makan tanpa nasi. Saya memang yang tak mau. Kuwatir kesulitan BAB (buang air besar). Jadi, 7 hari tidak BAB.

Hari ke 7. Boleh tidak tutup mata. Boleh duduk, tapi guling di tempat tidur. Lama - lama bisa duduk juga.

Belajar ke kamar mandi dituntun istri. Dibantu istri. Dituntun lagi. Ke tempat tidur. Sorenya. Infus dipasang lagi, untuk memasukan obat.

Hari ke 8 dan 9 begitu lagi. Setiap setelah magrib, infus dipasang lagi, untuk masukan obat cair. Selain itu, hari ke sembilan, saya di sambangi pak DI (Dahlan Iskan) dan Ibu. Membuat saya bersemangat. Semoga jadi obat saya.

Saya jalan ke kamar mandi masih tetap sulit. Oleh dokter disuruh terapi, yang harus sering berjalan. Jalan saya trantanan.

Hari ke 10 boleh pulang. Saya sebetulnya jalan belum kuat. Anak saya tak membolehkan. Saya masih trantanan.
Saya tanya ke dokter Hanifah : Dok...sulit saya jalan ini karena otak saya banyak berdarah atau lainnya.
Kata dokter Hanifah : Itu terlalu banyak bliyut dan tidur. Maka perlu terapi dan kena matahari.
Akhirnya saya pulang.

Pulang. Terus terapi. Pagi berjalan - jalan di sinar pagi. Tratanan. Lama - lama bisa tegak.

5 hari setelah opname, saya kontrol. Diantar istri. Kadang - kadang pegangan pundak istri. Bila sudah kuat, jalan sendiri. Pelan - pelan.
Ditanya dokter sekitar otak dan kepala. Kata Saya : Lehar saya masih kaku.
Yang paling utama saran dokter Hanifah adalah harap beli sepeda statis untuk terapi kaki kanannya yang masih terasa kesemutan.

Hari ini, hari ke 20 (9/3/20) saya tetap terapi jalan di sinar matarahi pagi sd pukul 09.00 wib, juga bersepeda statis pagi sore.
Dan, Rabu nanti, 11/3/20, saya kontrol yang kedua.
Mohon doa restunya ya agar saya cepat pulih.
(GeSa)








Posting Komentar

0 Komentar