APENSO INDONESIA

header ads

PARABOLA

PARABOLA
Oleh : Gempur Santoso


Dokter spesialis syaraf selalu saya perhatikan. Saya dengan istri, mendengarkan. Istri saya, sejak dulu mendampingi saya, hebat. Kami mendengarkan Dr. Sugeng. Ini khusus stroke tertentu. Kata beliau :

1. Saat srtoke pertama. Tahun 2009. Pembuluh darah otak buntu. Stroke ringan. Yang terkena sensorik kaki kanan. Bukan motorik. Kaki kiri tak apa. Karena sudah 6 bulan lebih. Berarti oleh Tuhan sudah diberi "ijazah". Artinya sensorik kaki kanan, sampai segitu, kurang rasa, sedikit berkurang saja.

2. Stroke kedua. Februari 2020. Pembuluh darah otak pecah. Untung segera tertangani, terobati. Yang kena lidah, kalau bicara pelat atau cedal. Terus saja terapi lidah. Selama 6 bulan. Akan bisa bicara apa sesudah enam bulan nanti. Berarti akan dapat "ijazah" lagi dari Tuhan. Tapi, ini belum enam bulan, terus terapi ya, biar sembuh.

3. Stroke pertama dan kedua. Awal penyebab adalah darah tinggi (hypertensi). Setiap kontrol masih 150 mm Hg. Yang aman sekitar 120 mm Hg s/d di bawah 140 mm Hg. Ini diberi obat dosis agak tinggi. Jaga, jangan sampai stroke ketiga.

Itulah garis besar petuah dokter Sugeng. Saya kontrol ke beliau, karena stroke pertama, dia yang menangani.

Stroke kedua yang nangani dokter spesialis syaraf juga, yakni : dokter Hanifah. Saya juga kontrol ke dokter Hanifah. Jika beliau tak ada, periksa ke dokter Sugeng. Beberapa kali.

Tahun 2009, tahun istimewa saya. Pada tahun 2009 : jadi Guru Besar, naik Haji, punya uang (ada simpanan uang yang sebelumnya tak punya), sekaligus stroke pertama.

Saat stroke ringan, dulu. Masih bisa berkerja/berbuat. Jadi kepala LPPM (lembaga penelitian dan pengabdian mayarakat). Jadi direktur LP3 (lembaga pengakajian dan perencanaan serta penelitian) sampai 2 periode. Jadi Direktur LPIK (lembaga pemberdayaan intelektial kampus). Menjadi Sekretaris Dewan Pendidikan (DP) Jatim, 15 tahun sebelumnya sebagai pengurus DP.

Juga, Ketua RDI Jatim. Ketua Timsel Bawaslu Jatim. Bahkan semua pendirian Pascasarjana Tep (S-2 teknologi pendidikan) dan Penjas (S-2 pendidikan jasmani), Unipa Surabaya, menggunakan ijazah saya.

Sebelum tahun 2009. Sebelum stroke pertama. Belum pernah stroke. Pernah menjadi kepala kemahasiswaan. Ketua jurusan teknik mesin. Ketua jurusan teknik industri. Juga pernah menjadi ketua pemenangan Jatim salah satu calon pemimpin RI. Menang. Dan lain-lain.

Kini tahun 2020. Stroke kedua. Sebetulnya Desember 2019, diminta ke UNM, izin senior saya - pendiri PPLP, boleh. Tapi, tidak jadi. Saya tetap di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

Awal tahun 2019, umroh beserta keluarga. Tahun 2020 ini, tidak ada lagi jabatan. Ringan saja, tetap sebagai Dosen.

Sebelumnya, setelah S-1. Tahun 1989 dulu, saya karyawan sore. Tak lama karyawan pagi dan sore. Maret 1990 jadi dosen. Sampai sekarang.

Semua itu di IKIP PGRI Surabaya (masih kampus sebagian sewa SD san SMP). Sekarang, megah, bernama Universitas PGRI Adi Adi Buana Surabaya, disingkat UNIPA Surabaya.

Hidup dan kehidupan memang seperti parabola. Walau ujung jarum dianggap runcing, kalau diperbesar tetap berbentuk "parabola".
Artinya : tanggung jawab ringan, besar, ringan lagi.

Memang ghoib. Semua sehat atas ridhlo Illahi.... aamiin.
(GeSa)

Posting Komentar

0 Komentar