KONSUMEN MELINIAL DI PENDIDIKAN
Oleh : Gempur Santoso
Negeri kita ini belum punya produsen alat-alat milenial. Pengguna saja. Konsumen saja. Karena baru, biar tidak ketinggalan zaman.
Walau zaman milenial. Tentu manusianya tetap manusia. Apa isi manusia. Dalam Agama, manusia ada jasmani dan rohani.
Dalam filsafat Jawa manusia terdiri : cipta, rasa, karsa. Dalam taksonomi Bloom, manusia : kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Semua itu ada di lahir dan batin. Atau jasmani dan di rohani.
Garapan pendidikan manusia. Terletak pada memberi kesempatan anak didik melatih afektif, kognitif, dan psikomotik. Atau cipta, rasa, karsa. Atau jasmani, rohani. Manusia yang utuh. Strategi pengajarannya disesuaikan usia anak didik.
Mengerti di semua garapan pendidikan. Atau, menjadi orang berpendidikan harus berlatih. Mengerti saja belum tentu bisa jika tidak berlatih.
Zaman milenial, dalam perjalanan ada virus corona. Semua yang biasa belajar di sekolah/kampus, ditutup. Diubah/digeser. Diharap belajar di rumah. Di lain tempat.
Pakai media daring (dalam jejaring)/on-line. Tanpa tatap muka dengan dosen atau praktik sesungguhnya. Jarak jauh.
Biasanya saat online pakai : WA, fb, twitter, google meet, dan google lainnya atau aplkasi lainnya). Semua peralatan dan aplikasi online bukan milik Indonesia.
Tentu mahasiawa dan dosen butuh pulsa/paketan internet makin banyak. Biaya makin besar. Mahasiswa, bayar kampus juga makin besar bayar pulsa/paketan.
Kita harus tetap pada koridor pendidikan : cipta, rasa dan karsa (kognitif, afektif, psikomotorik) walaupun konsumen simbul milenial.
Semoga pendidikan gratis tidak terus sekadar menjadi slogan.
(GeSa)
-------
Juga telah terbitkan oleh koran mingguan dan online Swaranes, pada 1/5/2020.
0 Komentar