Filsafat :
NORMAL BUKAN BARU
Oleh : Gempur Santoso
Ilmuwan pasti pernah belajar filsafat. Para filosof, percaya ada benang merah (kerterkaitan) antara ontologis, epistimologis, dan aksiologis.
Bagi yang merasa tidak ilmuwan. Yaa..baca saja, lama kelamaan akan tercapai. Semua saya anggap ilmuwan.
Ontologis terkait "apa" atau awal atau asal muasalnya. Bisa juga disebut hakekat. Epistimologis terkait "metodologi" atau cara. Aksiologis terkait dengan penggunaan atau "penerapan" (application).
Secara ontologis atau hakekat. Enaknya makan karena "lapar". Jika tak lapar, makan apapun menjadi tidak enak. Termasuk nyenyaknya tidur karena "ngantuk". Jika ngantuk, tidur dimanapun jadi nyenyak. Bukan karena tempat tidurnya mahal.
Secara ontologis. Manusia dilahirkan oleh wanita atau betina. Suami atau jantan yang membuahi.
Tentang cara melahirkan bagaimana, itu urusan cara (epistemoligis). Melahirkan dimana bergengsi atau tidak, itu urusan aksiologis.
Manusia sebagai makhluk bumi. Lahir normal kalau dilahirkan ibunya, alamiah, walau melahirkan di tempat bersalin rumah sakit/rumah bidan/di rumah. Bayi lahir langsung maskeran, itu abnormal. Lahir nyungsang itu abnormal. Lahir cesar, itu abnormal, bayi tabung juga abnormal. Dan, sebagainya.
Enaknya minum karena "haus". Itu ontologis. Bukan karena cara minumnya (epistemologinya), bukan dimana tempatnya (aksiologianya). Pakai cara apa dan dimanapun, jika haus pasti minum terasa segar.
Banyak jenis ontologi lainnya. Atau hakekat lainnya.
Normal adalah keadaan mengembalikan ke ontologis atau hakekat.
Kenyataan saat ini, dalam kehidupan orang, banyak lupa ontologis/hakekat. Ontologis yang normal/seharusnya, terabaikan. Banyak yang memburu epistemologis yang jadi mahal, dan memburu aksiologis lebih mahal lagi.
Pemburuan epistemologis dan aksiologis itulah membuat tidak normal alias abnornal. Mudah-mudahan bukan new normal.
Abnomal (melebihi normal) bukan new normal (normal baru). Normal itu kembali ke alamiah/hakekat/ontologis. Yang sedang terlupakan.
Secara ontologis/hehekat bahwa sumber panas adalah matahari. Tetapi secara epistemologi dan aksiologis, manusia mencoba membuat "matahari buatan". Juga ada yang membuat "rembulan buatan".
Bila ada matahari buatan, maka tak ada malam. Manusia siang dan malam (seperti siang) bisa dan terus bekerja.
Tetapi, kalau mengikuti siklus alami hormon cortisol, manuaia itu sebagai makluk siang. Manusia bukan makhluk malam.
Kelelawar dan sejenisnyalah sebagai makhluk malam.
Ontologis adalah hak Tuhan. Tapi manusia "tak sadar" merebut/melupakan hak Tuhan secara epistemologis dan aksilogis - jadinya mahal. Mungkin dan dugaan mungkin, melampaui ontologis akan menimbulkan "musibah" dan mahal.
Segala sesuatu aksiologis, dan epestemoligis seharusnya tidak lupa atau ada benang merahnya (segaris/selurus) ontologis/hakehat. Biar tetap normal.
Semoga kita semua tetap normal....aamiin.
(GeSa)
0 Komentar