APENSO INDONESIA

header ads

DARING MISS UNDERSTANDING


DARING MISS UNDERSTANDING



Oleh : Gempur Santoso


Teman saya ini baik hati. Tiba-tiba saya di kontak pakai hp. Nguji S2 di kampus, katanya. Saya senang, bisa keluar. Ketemu teman dan mahasiswa. Terobati, walau ketemu sejawat saja.

Lama tak ke kampus. Bisanya membimbing mahasiswa di rumah. Jaga jarak. Narasumber pun dari rumah - daring.

Sesuai jadwal, saya hadir sekitar 30 menit sebelum dimulai. Ternyata, ujiannya juga pakai daring (dalam jejaring). Tak apa. Biasa. Kampus tetap sepi mahasiswa.

Variabel atau yang diteliti apa. Biasa pertanyaan awal. Cara atau metode meneliti bagaimana. Analisis dan kesimpulan atau temuannya apa. Singkat jelas.

Ada 3 mahasiswa. Salah satunya, handphone (hp) atau laptop kemresek. Sulit ditangkap telinga. Ada lagi hitungan analisis, datanya tak normal kok pakai statistik parametrik. Dan sebagainya.

Bagi yang rumahnya dekat. Bisa ke rumah saya ya...menjelaskan. Esok harinya ada yang ke rumah. Ternyata, yang saya tangkap di daring tak sama dengan sebenarnya. Yang saya dengar tak sama dengan apa yang dimaksud mahasiswa. Mahasiswa benar. Saya tinggal sedikit meluruskan saja.

Kesimpulan sementara saya : pertama, daring baik untuk cerita saja (itupun jika tidak ada gangguan suara kemresek). Kedua, daring agak sulit menjelaskan hitungan angka-angka. Juga, sangat mungkin ketrampilan mengitung pun lemah.

Memang belajar mengajar yang baik itu dengan interaksi. Dosen dan mahasiswa ketemu. Dialog, tahu mimik mukanya. Sudah bisa atau belum, akan tahu. Tahu sudah mengerti atau belum. Walau tak bicara, body language tampak.

Maklum sudah lama jadi guru, walau tak semua, sedikit banyak tahu murid. Walau murid tak bicara.

Daring memang baik sebagai media belajar. Itu pun jika pas diperlukan. Dalam keadaan darurat ini. Akibat pandemi coronavirus. Pilihannya memang daring.

Bersyukur masih bisa daring.

Siswa di  pelosok desa ada yg tak bisa daring. Problem hp, pulsa, kuota internet dan lain lain. Tetap masuk. Gantian. Kadang seminggu sekali. Kadang dua minggu sekali. Ketemu guru sekitar dua jam.

Mereka diam. Memahami. Semua memahami "tak ingin ramai". Musibah.

Semoga tidak gagal generasi ini. Tatap muncul generasi baru yang cerdas. Sehat semua...aamiin.
(GeSa)




Posting Komentar

0 Komentar