APENSO INDONESIA

header ads

KAPAK PASAR RAKYAT


KAPAK PASAR RAKYAT




Oleh : Gempur Santoso


Sangat pantas. Semua penjual persepsi sama. Menjelang lebaran Idul Adha membeli "kapak" (pecok). Kata penjual, kapak ini akan dipakai mecel (memotong) tulang, kikil, endas (kepala) hewan korban. Dan lainnya, yang keras.

Padahal, kapak ini, akan saya pakai ndongkel (memotong) akar pohon mangga. Setelah pohonnya ditebang.

Beberapa hari akar pohon mangga ini, didongkel. Pakai peralatan seadanya. Didongkel sedikit demi sedikit, pakai pisau besar dan dipukul palu. Putus pisau itu saat dipukul palu. Dongkel mangga, tetap tegar. Terpaksa beli kapak kecil itu (foto di atas).

Mencoba, buka marketplace. Harga kapak seratus ribu rupiah. Pakai ongkir, dibayar pembeli. Tidak langsung dikirim. Besuk, katanya.

Transfer uang dulu ke penjual. Sebesar harga kapak dan ongkir (ongkos kirim).

Ya...batal saja. Jawab saya. Karena akan dipakai mecok sekarang.

Tekat, pergi ke pasar rakyat. Belum tahu, dimana letak penjualnya. Yang jual kapak bedak (toko) yang mana. Biasanya, penjual khusus "sejata tajam"  : kapak, pisau, arit/clurit, bendo/boding...dan lain-lain. Tak jualan kapak.

Akhirnya, ketemu kapak di penjual sayuran dan alat-alat pesta, termasuk arang kayu. Ada. Harganya cuma enam puluh ribu rupiah. Di situ banyak kapak, banyak pisau, banyak clurit dan lain-lain.

Di pasar rakyat lebih murah empat puluh ribu rupiah, dibanding marketplace on line. Barang sama. Jenis kapak. Itu kapak, jenis kecil, langusng di las dengan danganan (gagang) pipa.

Mungkin marketplace lebih murah, untuk barang lain. Tapi kapak ini lebih murah. Sekaligus, istri saya belikan pisau dapur anti karat.

Barang sama. Pasar rakyat memang lebih murah. Kapak. Bersama rakyat. Terjangkau rakyat. Ramai. Nyaman. Tak tahu, siapa ya, dulu yang mengganti pasar menjadi plaza.

Salam rakyat....selalu sehat..aamiin.
(GeSa)

Posting Komentar

0 Komentar