APENSO INDONESIA

header ads

LEBIH BAIK TIDAK MENCEKAM


LEBIH BAIK TIDAK MENCEKAM


Oleh : Gempur Santoso


Dimana-mana selalu muncul. Di media sosial. Di SMS, facebook, WA, buka berita on line dan lain-lain. Tulisan tentang : perhatian coronavirus, doa lindungi keluarga dari cororavirus, ingin tahu data musibah coronavirus, dan sebagainya. Tiap hari. Berapa besar dana peringatan itu. Tidak tahu. Informatif sekaligus mencekam.

Berita. Di televisi dan media on line. Selalu ada berita. Korban terkena coronavirus. Ada dokter meninggal. Ada perawat meninggal. Ada dokter muda meninggal. Tenaga medislah yang meninggal. Akibat coronavirus. Lihat situasi di televisi dan beritanya mencekam.

Ada juga berita masyarakat meninggal. Ada juga masyakat kena karantina. Semua gara-gara coronavirus. Mencekan kalau melihat dan medengarkan beritanya.

Bayangan saya. Virus termasuk jenis coronavirus itu menyebar dimana-mana. Di alam bebas. Seperti bom nuklir. Siapa yang kena nuklir mesti celaka atau meninggal dunia. Tidak begitu.

Ternyata penyebarannya tidak sama antara coronavirus dengan bom nuklir.

Memang, tidak tampak dilihat mata telanjang. Hampir sama atara virus dan nuklir, tak bisa dilihat.

Menurut yang saya tahu. Terasa mencekam : saat di rumah sakit seakan banyak coronavirus, ada kematian/penguburan mayat akibat coronavirus. Bahkan pakaian khusus (putih-putih besar seperti jas hujan) petugas coronavirus, keamanan yang maaf jenggureng (kayak sadis), dan sebagainya. Mencekam.

Sementara. Di desa saya biasa saja. Lalu lalang orang usaha. Ada tukang patri, beli rongsokan, jahit sepatu dan tas, dan sebagainya. Ada bakul (jualan) bakso, mie ayam, tahu tek, bubur, dawet, dan lain-lain. Seolah coronavirus itu tak ada, tapi kebayakan pakai masker.

Saat ke mall/plaza. Kok ya biasa saja. Beli buah kurma saja. Ya..seperti biasa. Seperti sebelumnya saat tidak musim coronavirus. Ramai. Cuma bermasker saja.

Tampaknya beda tempat, beda pula rasa mencekamnya coronavirus.

Atau, beda tempat, beda pula keberadaan coronavirusnya.

Dianggap sudah tidak musim coronavirus kok masih ada beritanya. Ada datanya. Ada lokasi mencekan.

Dianggap ada kok orang orang di sekeliling desa saya kok ya biasa saja. Termasuk di mall/plaza, toko, bakul apa saja, pedagang kaki lima, di pasar rakyat. Kok ya bisa seperti tak ada coronavirus. Bahkan tak terdengar kematian akibat coronavirus.

Sebenanya, benar ada atau tidak musibah ini. Yang tampak berita situasi mencekam. Dulu saat PSBB (pembatasan sosial berskala besar) malah ada semprotan disinfektan dan jam malam.

Saat ini tidak PSBB lagi. Tapi akan diberlakukan lagi jam malam.

Seperti dulu ada jam malam musim pencuri. Virus tak tampak pun harus ada jam malam. Kurang keluar pun malah menjadi oksigin dalam tubuh menurun.

Ya..ambil hikmahnya saja yang Anda pikir baik semoga baik. Tapi musim cotonavirus ini patuhi saja potokall kesehatan dan aturan yang dibuat. Agar tak tengkar dengan sama teman. Petugas pun asli teman kita sebangsa setanah air.

Semoga kita semua panjang umur dan sehat...
(GeSa)

-------
Telah dimuat juga di koran Swaranews 6/7/2020.




Posting Komentar

0 Komentar