APENSO INDONESIA

header ads

BAGAIMANAKAH SEHARUSNYA PENDIDIKAN DILAKUKAN?

BAGAIMANAKAH SEHARUSNYA PENDIDIKAN DILAKUKAN?


Oleh : 
Dr. Drs. Achmad Noor Fatirul, ST., M.Pd.
Dosen Pascasarjana, Teknologi Pembelajaran, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya


   Isu pendidikan dan pembelajaran di Indonesia sudah menduduki titik nadir yang menghawatirkan. Bagaimana tidak pendidikan dan pembelajaran di Indonesia telah banyak mengalami pemakdulan.Dari kurikulum, strategi dan metode mengajar, serta guru/dosenpun diatur ketat untuk melakukan sesuatu yang diinginkan (dari tugas administrasi yang begitu menyita waktu sampai pada tugas mengajar) yang dituntut untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemauan segelintir yang menurut saya tidak memahami apa itu pembelajaran. Status sosial, kondisi budaya, dan karakteristik peserta didik yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda juga.

   Manusia bukan batu bata yang dapat ditata dan distandarkan. Mengapa hal ini dilakukan? Perkembangan peserta didik yang beragam dengan karakteristiknya (motivasi, gaya belajar, sikap, minat) akan berkembang sesuai dengan kemauan perkembangannya dengan kecepatan berkembang yang berbeda pula akan tidak sama. Cepat dan lambatnya perkembangan pemikiran peserta didik tergantung pada dirinya sendiri. Pemaksaan merupakan menyalahi kodrat dari perkembangan peserta didik itu sendiri. Standarisasi memang diperlukan akan tetapi tidak dipaksakan untuk dapat memenuhi tuntutan itu. Standarisasi di sekolah misalnya yang dipatok dengan kelulusan nilai 7,5, apakah peserta didik yang memiliki kemampuan nilai 6 atau 6,5 tidak lulus?. Kemampuan yang berbeda seharusnya kita hargai dan diapresiasi sesuai kemampuannya. Banyak perkembangan pribadinya setelah ia menyelesaikan studinya ia sukses setelah ia bekerja walaupun ia memiliki kemampuan yang standar saat di pendidikan. Yang paling penting bagaimana kita mengajarkan cara belajar peserta didik kita untuk mengkonstruksi ilmu pengetahuannya.

   Pembelajaran sekarang menuntut peserta didik untuk dapat melakukan apa yang dikehendaki guru/dosen dan bahkan pemerintah yang harus mencapai target\tertentu. Mengajar adalah bukan sekedar mencekoki bahan kedalam otak peserta didik, akan tetapi mengajar merupakan bagaimana mengajarkan tentang cara bagaimana peserta didik belajar untuk menemukan ilmu pengetahuannya sendiri dengan segala kemampuannya. Guru/dosen adalah hanya sekedar menjadi motivator, fasilitator, dan tutor dalam proses pembelajaran. Bagaimana peserta didik belajar adalah kunci keberhasilan peserta didik untuk dapat mengembangkan daya pikirnya dan ide dalam menyelesaikan permasalahan hidupnya.

   Strategi atau metode pembelajaran tidak selayaknya ditentukan oleh siapapun. Yang dapat menentukan adalah guru/dosen itu sendirilah yang menentukan, karena yang menghadapi peserta didik adalah guru/dosen itu sendiri dengan segala perbedaan karakteristiknya, bukan orang lain.

   Perkembangan ilmu pengetahuan yang maju bak petir menyambar adalah bukti kehidupan dalam kenyataan berkembang dengan pesat. Kita semua sebagai penerima dampak akan menyikapi sesuai dengan perkembangan yang ada dalam individu itu sendiri. Ada yang cepat ada yang lambat. Menghargai kecepatan adalah bentuk memfasilitasi belajar agar peserta didik dapat mencapai jati dirinya di dunia nyata. Ilmu pengetahuan atau teori yang didapat adalah sekedar bekal bagaimana nantinya setelah ia terjun ke lapangan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan autentik di lapangan yang sedang berkembang. Bagaimana materi atau bahan yang diajarkan dapat membantu hal tersebut?. Tentulah bahan atau materi yang disajikan dapat dikaitkan dengan dunia nyata dalam bentuk permasalahan autentik

   Sekolah atau perguruan tinggi perlukah selalu melakukan akreditasi? Akreditasi yang selama saya amati adalah bentuk pengakuan dari penilai tentang kemajuan dan kelengkapan sekolah atau perguruan tinggi yang harus dipenuhi dengan minimal standar. Tuntutan yang tidak logis kadang menghatar pada sekolah atau perguruan tinggi tidak memenuhi tuntutan tersebut. Suatu misal akreditasi yang dilakukan di sekolah yaitu jumlah toilet yang harus disediakan sekolah adalah 1 banding 10, bila peserta didik terdiri dari 100 orang, maka sekolah harus menyediakan toilet sebanyak 10 toilet, bagaimana bila sekolah tersebut memiliki peserta didik lebih dari itu? (suatu hal yang tidak logis dilakukan oleh sekolah). Seharusnya akreditasi telah ditiadakan dan sekolah atau perguruan tinggi dapat memiliki izin operasional untuk dapat melakukan pelayanan dan membantu masyarakat belajar dalam pengadaan dan pelaksanaannya.

   Standar-standar yang menjadi tuntutan dalam akreditasi merupakan pekerjaan yang sia-sia, dan akan membawa kepada kebohongan publik dalam pengadaannya serta membuat pekerjaan yang menyita waktu. Akan lebih penting bila guru/dosen difasilitasi dengan bagaimana ia dapat mengembangkan dirinya agar dapat memperkaya kajian yang akan diberikan pada peserta didik. Minimnya gaji guru/dosen adalah suatu kendala besar dalam menata kehidupannya. Sekarang…sudah tidak lagi ada sebutan guru/dosen “umar bakri” atau “tanpa tanda jasa”. Berilah kelayakan dalam memberi upah guru/dosen agar guru/dosen akan fokus bagaimana ia mencerdaskan peserta didik. Disadari atau atau tidak produk-produk pejabat atau apapun itu adalah hasil dari pendidikan dan pembelajaran yang diberikan oleh guru/dosen.

   Perangkat pembelajaran yang menjadi tuntutan yang harus dilakukan oleh guru/dosen merupakan juga penyitaan waktu yang tidak sedikit. MARI KITA PIKIRKAN!!!. Perangkat pembelajaran (rencana pembelajaran yang dikenal dengan RPP dan lain sebagainya) yang harus dibuat oleh guru/dosen dengan format yang standar dan banyak hal yang harus dipersiapkan merupakan pekerjaan yang padat. Bila kita amati dengan baik, rencana pembelajaran selamanya tidak akan menjadi pedoman guru/dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran, ia akan mengajar dengan sendiri tanpa membawa rencana pembelajaran tersebut. Rencana akan menjadi arsip untuk dilaporkan yang tergeletak dalam file guru/dosen. Hemat saya, menyederhanakan persiapan mengajar berupa perangkat cukupkan disusun dengan singkat berupa couse of line (ulasan singkat tentang program pembelajaran dengan mencantumkan pertemuan awal sampai akhir, dengan tugas yang terinci secara sederhana dan dengan strategi/metode pembelajaran yang beragam dengan kompetensi yang ditentukan).

   Intinya, bagaimana pembelajaran di Indonesia dapat berlangsung dengan menyenangkan. Memberi dan menghargai perbedaan (keberagaman belajar) akan dapat membawa kepada kemajuan berpikir peserta didik dengan segala perbedaan karakteristiknya.

---------


Posting Komentar

0 Komentar