APENSO INDONESIA

header ads

SAMBANG - BERTAHAN

SAMBANG - BERTAHAN

Oleh : apensoindonesia.com


Sambang (silaturahim) cucu - cucu. Mereka bersama orang tuanya. Dekat kota Sidoarjo. Rumah saya jauh dari kota Sidoarjo. Ke cucu - cucu perlu menempuh jarak sekitar 14 km.

Dalam perjalanan, tampak ramai sekali lalu lintas. Itu dibanding saat sebelum coronavirus. Juga saat PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Dulu, agak ramai dan sepi.

Lebih ramai lagi orang jualan. Tanah - tanah kosong pinggir jalan, dipenuhi penjual. Tampaknya semua laku. Dilihat mereka eksis. Termasuk yang jualan pakai mobil, ada yang mobil agak baru. Mahal.

Semua cucu sehat. Bersyukur. Bersama cucu menyenangkan. Makin kreatif. Makin besar. Sehat. Lucu.

Mengapa makin banyak penjual (walau belum pernah menghitung). Hanya terasa dan tampak. Keramaian penjual, apa ada kaitannya dengan sebelumnya PHK (pemutusan hubungan kerja)? Belum tahu. 

Di desa saya pun begitu. Lapangan sepak bola, dulu sepi. Sekarang ramai penjual. 

Banyak penjual jajan (makanan) basah. Sate bulat - bulat bahan singkong ditaburi kelapa parut, pisang goreng, gatot, tiwul, blendung, dan lain - lain. Makanan untuk sarapan. Nasi pecel, nasi tabokan (bungkus), dan lainnya. Murah meriah. 

Memang orang bersepeda motor akan kerja. Lewat jalan tepi lapangan itu. Pagi. Lewat sambil ngisi perut. Sarapan. Singkat. Orang desa pun banyak yang membeli.

Lain hal. Saat nonton televisi malah selalu ada berita orang meninggal dunia akibat coronavirus. Termasuk di berita sosmed (sosial media).

Mana yang benar? Mungkin semua benar. Walau berita corona di media ramai, sementara orang jualan dan lalu lintas juga ramai.

Puji syukur di desa hampir tak terdengar meninggal akibat coronavirus. Yang wafat tentu ada. 

Budaya di desa, kalau ada orang wafat, selama tujuh hari setelah sholat maghrib atau isya dibacakan yasin, tahlil, dan doa bersama. Se-desa, kecuali yang udzur.

Budaya tak sebatas itu. Setiap malam Jum'at selalu membaca yasin, tahlil, doa. Semua tempat ibadah (Masjid, Musholla). Setiap setelah sholat wajib dengan berjamaah pun selalu berdoa bersama. Sehat, bebas penyakit, selamat dunia akhirat, dan lain - lain. 

Bayangan saya....kalau semua doa itu terkumpul terdengar seluruh Indonesia. Doa - doa terkumpul itu brengengeng (bersuara kecil) tiada henti silih berganti.

Saya pun selalu mendoakan kebaikan cucu - cucu dan keluarga serta sanak famili. Diantara brengengengnya doa tiada henti itu.

Berdoalah kepada Maha Pencipta...apapun agama dan kepercayaannya. Khusuk. Bertahan hidup lebih penting dari serangan musibah.

Semoga kita panjang umur, sehat selalu untuk semua...aamiin yra.

(GeSa)


Posting Komentar

0 Komentar