APENSO INDONESIA

header ads

BERTANYA SEBAGAI SARANA MEMBANGUN BUDAYA BACA

BERTANYA SEBAGAI SARANA MEMBANGUN BUDAYA BACA


Oleh : Warsono
Guru Besar dan Mantan Rektor UNESA



   Mengapa ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Rosulullah adalah Iqra (bacalah), suatu perintah untuk membaca?. Kata Iqra menurut Quraish Shihab dimaknai dengan belajar untuk dirinya sendiri dan kemudian menyampaikan kepada orang lain. Kita diperintahkan untuk belajar agar memiliki pengetahuan dan mengetahui kebesaran Allah serta memahami hukum alam, sehingga bisa menjaga dan memanfaatkan dengan baik bagi kelangsungan kehidupan ini. 

   Membaca menjadi sarana orang untuk memiliki ilmu, karena dengan membaca kita mendapat banyak informasi (ilmu). Saat ini ilmu tersebar di internet dan berbagai buku yang ditulis oleh para ahli, yang jumlahnya terus bertambah. Oleh karena itu, dengan banyak membaca, kita akan memiliki pengetahuan yang luas tentang dunia ini. Dan dengan pengetahuan tersebut, kita bisa menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi di dunia. 

   Berdasarkan laporan Unesco tahun 2012 minat dan tingkat baca pelajar Indonesia sangat rendah. Indek minat baca pelajar Indonesia adalah 0,001, artinya hanya ada satu orang dari seribu yang memiliki minat baca. Selain minat baca yang rendah, tingkat baca pelajar Indonesia juga rendah di banding dengan negara-negara di Asia Tenggara. Tingkat baca pelajar Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina. 

   Rendahnya tingkat baca pelajar, bahkan bangsa Indonesia pada umunya, juga bisa kita lihat pada kunjungan toko-toko buku. Jumlah pengunjung toko buku lebih sedikit bila dibanding dengan toko HP. Jumlah pengunjung di toko-toko HP sampai berjubel, padahal jumlah toko HP jauh lebih banyak bila dibanding dengan toko buku. 

   Toko-toko buku yang ada di Mall pun sepi pengunjung. Jumlah pengunjung Mall yang masuk ke toko buku, relatif sangat sedikit bila dibanding dengan mereka yang mengunjungi stand-stand lainnya. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, karena tingkat baca dari suatu bangsa akan berpengaruh terhadap pengetahuan dan cara pikir mereka. Pada pengetahuan dan cara berpikir, serta karakter yang akan menjadi modal bangsa untuk mencapai keunggulan. 

   Rendahnya minat baca juga berkaitan dengan rendahnya rasa ingin tahu (bertanya). Kita bisa lihat berapa jumlah mahasiswa atau pelajar yang mau dan mempu bertanya dengan baik ketika di kelas. Meskipun sudah diberi kesempatan bertanya tetapi jumlah yang bertanya sangat sedikit, itupun tidak semua pertanyaan didasarkan kepada pengetahuan. Sebagian pertanyaan yang mereka ajukan adalah pertanyaan karena tidak tahu, yang boleh dibilang pertanyaan apa ini, apa itu, bukan pertanyaan bagaimana dan mengapa. Bahkan kadang ada juga pertanyaan yang asal tanya, kaena mereka sebenarnya tidak tahu apa yang akan ditanyakan.

   Jika seseorang tidak memiliki rasa ingin tahu (pertanyaan), tentu dia tidak akan membaca. Pembaca yang baik adalah orang yang memiliki rasa ingin tahu, bukan karena perintah. Jika orang membaca hanya karena diperintah oleh guru atau dosennya, ada kemungkinan dia tidak tahu apa yang dibaca, karena tidak ada fokus atau jawaban yang dicari. 

   Sering kali, guru juga kurang jelas dalam memberi perintah membaca. Mereka hanya menyuruh muridnya untuk membaca buku ini, atau buku itu. Pengetahuan apa yang harus dicari dalam buku tersebut tidak dijelaskan. Akibatnya anak hanya sekedar membaca tetapi tidak menemukan apa-apa. Ibarat orang disuruh ke hutan untuk mencari kayu. Mereka bisa bingung kayu apa yang dicari, karena di dalam hutan banyak pohon. Berbeda, jika perintah itu jelas, misalnya cari kayu bakar di hutan. Atau carilah pohon Damar di hutan. Ada berapa pohon Damar di hutan dan berapa besarnya. Perintah ini akan jelas bila di banding dengan perintah carilah kayu di hutan.

   Anolog tersebut bisa juga terapkan pada perintah membaca bagi siswa. Misal coba cari pengertian demokrasi di dalam buku tersebut. Apa bedanya demokrasi dengan demontrasi?. Apakah ada hubungan antara demokrasi dengan demonstrasi? Jika ada, bagaimana hubungan antara keduanya?

   Dengan perintah yang jelas para pelajar terbimbing dalam membaca buku. Ada target yang jelas, apa yang akan dicari di dalam buku tersebut. Mereka tentu tidak akan berhenti sebelum menemukan apa yang dicari. Tentu syaratnya guru atau dosen harus sudah membaca buku yang diperintahkan untuk dibaca siswa atau mahasiswanya. Dia sudah yakin bahwa apa yang diperintahkan untuk dicari ada di dalam buku tersebut. 

   Memang membaca merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan sejak kecil. Kebiasaan ini harus dibangun dengan keteladanan dan ketersediaan buku yang bervariasi. Keteladan yang pertama adalah dari para orang tua, karena orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak. Bagaimana anak-anak memiliki kebiasaan membaca, jika orang tuanya jarang atau tidak pernah membaca buku. Memang ada sebagian orang tua yang membelikan buku-buku bacaan untuk anaknya, tetapi mereka sendiri tidak memberi contoh menjadi pembaca. Akibatnya anak juga tidak terbiasa membaca.   
Cara menumbuhkan minat baca pada anak, selain memberi contoh dan menyediakan buku, yang lebih utama adalah menumbuhkan rasa ingin tahu. Sebenarnya Allah telah menanamkan rasa ingin tahu kepada anak. Hal ini bisa kita lihat pada anak-anak yang selalu bertanya. Dengan pertanyaan ini anak akan memiliki pengetahuan dan menambah pengetahuan. 

   Rasa ingin tahu tersebut harus terus dipupuk dan dibiarkan berkembang. Biarkan anak bertanya apa saja sesuai dengan rasa ingin tahunya. Apapun pengetahuan yang dimiliki, akan sangat berguna bagi kehidupannya, jika dilandasi dengan moralitas. Bila rasa ingin tahu tersebut sudah berkurang (layu) kita pupuk kembali dengan memberi stimulus pertanyaan, sehingga anak terbiasa untuk bertanya kembali. 


   Tugaskan anak untuk membuat pertanyaan setiap hari, dan tuliskan dalam buku harian. Pertanyaan yang dibuat tersebut pada gilirannya akan mendorong mereka untuk membaca guna mencari jawabannya. Para otodidak seperti Agus Salaim, Soejatmoko, Adam Malik, adalah orang-orang yang terus bertanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus muncul dari dalam dirinya untuk terus membaca. Oleh karena itu, untuk membangun budaya membaca, yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa ingin tahu. Tanpa ada pertanyaan (yang bersifat ilmiah) tidak akan muncul budaya baca. Semoga kita menjadi pembaca yang baik.







Posting Komentar

0 Komentar