APENSO INDONESIA

header ads

Guru Seperti Sahabat Yang Selalu Ada Setiap Saat

“Guru Seperti Sahabat Yang Selalu Ada Setiap Saat“


Oleh : H. Banu Atmoko
Apenso Indonesia


Dalam proses belajar mengajar, keberadaan guru berperan strategis bagi keberhasilan tujuan pendidikan. Namun, sistem pendidikan yang kita anut menempatkan guru pada sosok yang terlampau agung. Guru atau dosen sengaja di desain sebagai manusia luar biasa, yang harus ”digugu lan ditiru” dalam setiap laku dan ucapannya. Sistem yang demikian membuat corak pendidikan kita indoktrinatif yang menempatkan siswa pada posisi lemah.

Tugas siswa kemudian hanya meniru dan mengikuti apa pun perintah sang guru. Guru seakan-akan malaikat yang tak pernah salah. Di saat bersamaan, siswa sama sekali tak diberi keleluasaan untuk menggali potensinya. Model pendidikan sentralistik pada sosok guru membuat pendidikan kita sulit maju. 

Sementara itu, tuntutan profesionalisme sebagai seorang guru, sepertinya tak kunjung jua, meskipun berbagai model pembelajaran telah ia terima. Berbagai metode mengajar telah sempat dipelajari, dan sesekali pernah dicoba untuk dipraktekkan. Sebut saja, misalnya ada model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Quantum Learning, Cooperative Learning, Experiental Learning, atau metode Jigsaw, inquiry, diskusi, bermain peran, dan seterusnya. 

Begitu akrab istilah-istilah terebut bagi sang guru, karena itulah kata-kata yang selalu ia dengar saat menghadiri acara pembinaan atau pengarahan. Itulah, kata-kata yang selalu dicoba untuk dimasukkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 

Ternyata, seorang guru tidak cukup hanya mengetahui berbagai model atau metode pembelajaran yang selama ini selalu disarankan. Tidak otomatis, seorang guru yang dengan begitu rajin mengerjakan tugas-tugas teknis administratif, seperti RPP misalnya, lantas mampu mengajar dengan baik, efektif, dan menarik. 

Bahkan, dalam hal-hal tertentu, pengetahuan teroritis tersebut, tidak jarang justru telah membuat kebingungan. Tugas-tugas teknis administratif, justru kian menambah beban, dan kurang berdampak secara langsung pada kesiapan guru saat mengajar di kelas.

Pada hari Selasa, 27/10/2020 seperti biasa jika hari Selasa pukul 15.00 di SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir melaksanakan kegiatan Extra Pramuka. 

Dimana yang harusnya hari ini digunakan untuk latihan Pramuka, tetapi karena yang datang hanya Nurhalisa siswa kelas 9, Shamila siswa kelas 9, Inayah siswa kelas 9, dan Naily Itqiana siswa kelas 8. Akhirnya Kak Syahrul, S.Pd Pelatih Pramuka alumni jurusan Matematika UNIPA kelahiran November mengajak Siswa/Siswi SMP PGRI 6 Surabaya Rujakan bersama dengan hasil panen buah Mangga milik SMP PGRI 6 Surabaya diambil 3 buah Mangga. Tidak canggung bagi Kak Syahrul, S.Pd makan Rujakan bersama dengan Siswi/Siswi SMP PGRI 6 Surabaya tersebut. 

Dalam kesempatan tersebut, menurut bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya bapak H. Banu Atmoko, S.Pd alumni jurusan PLS UNESA kelahiran April 1984 bahwasannya selama 10 tahun menjadi Kepala di SMP PGRI 6 Surabaya bahwasannya guru itu harus bisa menjadi seorang sahabat bagi Siswa/Siswinya. Jangan anggap bahwa beliaunya Guru agar Anak didik tidak takut serta lebih terbuka ke Guru. 

Alhamdulilah, hal itu sudah diterapkan di SMP PGRI 6 Surabaya, seperti yang dilakukan oleh Kak Syahrul, S.Pd saat sore hari ini. Semoga Siswa/Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan Guru - Guru sehat selalu, serta semoga kerukunan ini tetap terjalin selamanya.
#TantanganGuruSiana
#dispendikSurabaya
#Guruhebat





Posting Komentar

0 Komentar