APENSO INDONESIA

header ads

PENDIDIKAN (KARAKTER) PANCASILA DI TK

PENDIDIKAN (KARAKTER) PANCASILA DI TK


Oleh : Warsono
Guru Besar & Mantan Rektor UNESA


   Karakter yang kurang baik kembali dipertotonkan oleh generasi bangsa pada saat demo menolak Omnibus law undang-undang cipta kerja. Anak-anak yang masih berstatus sebagai pelajar SMP ikut demonstrasi dan berperilaku anarkhis. Bahkan mereka yang berdemostrasi tidak semuanya tahu apa maksud dan tujuannya. Mereka hanya sekedar ikut-ikutan karena ada ajakan untuk demo melalui media sosial. Siapa yang mengajakpun mereka juga tidak tahu. Fenomena seperti ini tentu sungguh sangat memprihatinkan.

   Badan Pengkajian Ideologi Pancasila (BPIP) pernah memiliki gagasan menjadikan pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib mulai dari TK sampai ke perguruan tinggi. Gagasan tersebut mendapat dukungan dari salah satu wakil ketua MPR, Ahmad Basarah (kompas com, 19 Nov 2019). Dengan pendidikan Pancasila sejak TK diharapkan nilai-nilai Pancasila akan tertanam kuat dalam setiap jiwa warga negara, sehingga tumbuh keyakinan dan kesadaran untuk mempertahankan serta mengamalkan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. 

   Sejak awal, The funding fathers bukan hanya ingin mendirikan negara, tetapi juga membangun bangsa dan karakter (nation and character building). Pancasila bukan hanya sebagai dasar negara dan ideologi, tetapi juga sebagai pandangan hidup, sebagai jiwa dan kepribadian bangsa. Ini berarti Pancasila juga merupakan karakter bangsa, yang bisa dilihat dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari. Memang karakter yang baik tidak bisa dibentuk secara otomatis, melainkan melalui proses pendidikan yang panjang (Pala, 2011) mulai dari lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat. 

   Menurut Khoelberg pendidikan karakter yang paling efektif adalah ketika anak masih usia dini, karena belum banyak terkontaminasi oleh hal-hal yang buruk. Oleh karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Namun di kota-kota besar dan masyarakat modern, fungsi keluarga sebagai lembaga pendidikan semakin pudar. Orang tua sibuk bekerja sehingga mengabaikan fungsinya sebagai pendidik anak. Akibatnya anak kehilangan model pendidikan karakter. Dalam kondisi seperti ini, pendidikan di TK memiliki peran strategis dalam pembentukan karakter anak.

   Persoalannya adalah Pancasila masih bersifat abstrak, yang harus dijabarkan secara kongkrit agar mudah dipahami dan dilaksanakan bagi anak TK. Anak TK belum mampu memahami hal-hal yang abstrak. Menurut Piaget anak TK masih berada pada tataran pra operasional kongkrit. Cara belajar mereka adalah dengan meniru apa yang dilihat, didengar, dan rasakan. Seperti yang dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa anak-anak belajar dengan cara nontoni (melihat), nitheni (memperhatikan), dan niru (menirukan).

   Bertolak dari perkembangan kognitif anak, pendidikan Pancasila di TK akan dihadapkan pada persoalan materi ajar dan metode pembelajaran. Pendekatan historis, yuridis, dan philosofis yang selama ini digunakan dalam pendidikan Pancasila, tentu sulit dipahami oleh anak TK. Jika demikian, apa materi pendidikan Pancasila di TK dan bagaimana metode pembelajarannya?

   Bagaimanapun juga pendidikan harus memperhatikan perkembangan anak. Anak TK jelas belum memiliki kemampuan analisis dan abstraktif. Bahkan mereka juga belum mampu berpikir secara deduktif. Mereka belum bisa memahami apa yang dimaksud negara atau ideologi. Mereka bisa saja hafal tentang Pancasila, tetapi belum bisa memahami makna yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, materi pendidikan Pancasila di TK harus dioperasionalkan sampai kepada hal-hal yang kongkrit, yang bisa ditiru oleh anak-anak.  

   Sampai saat ini, Pancasila masih berada pada tataran konsep (kognitif), yang belum diterjemahkan kedalam perilaku nyata, yang bisa dicontohkan kepada anak TK. Kita bisa saja menyebutkan berbagai sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan Pancasila, seperti korupsi, intoleransi, tidak adil, tidak menghargai pendapat. Namun, wacana tersebut juga masih belum bisa dipahami oleh anak TK.   

   Pada masa orde baru pernah ada upaya untuk membuat pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila yang dikenal dengan P4. Sila-sila Pancasila dijabarkan dalam butir-butir yang jumlahnya 36, yang kemudian berdasarkan Tap MPR No. I/MPR/2003 diperbaharui menjadi 45 butir. Meskipun demikian, butir-butir tersebut juga masih sulit untuk dipahami oleh anak TK. 

   Butir-butir tersebut tentu bukan merupakan penjabaran dari fungsi Pancasila sebagai dasar negara, karena tidak bisa dipakai sebagai pedoman dalam penyelengaraan negara. Butir-butir tersebut dimaksudkan sebagai pedoman sikap dan perilaku bagi setiap warga negara,sehingga lebih merupakan penjabaran dari fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. 

   Pancasila sebagai pandangan hidup tampaknya lebih cocok untuk materi pendidikan di TK, dari pada dasar negara dan ideologi. Sebagai pandangan hidup, Pancasila merupakan karakter yang menjadi jati diri dan identitas bangsa Indonesia. Pendidikan karakter Pancasila memang sebaiknya ditanamkan sejak di TK, sehingga tertanam kuat dalam jiwa anak. Tantangan para guru TK adalah mengidentifikasi karakter menjabarkan nilai-nilai Pancasila ke dalam sikap dan perilaku yang bisa dicontohkan. 

   Sejalan dengan cara belajar anak yang masih meniru, metode yang efektif dalam pendidikan karakter di TK adalah dengan keteladanan dan pembiasaan. Karakter harus diteladankan melalui contoh perbuatan, bukan diajarkan dengan kata-kata. Dan pembentukan karakter harus dilakukan secara terus menerus melalui suatu pembiasaan. Oleh karena itu, dalam pendidikan Pancasila di TK, peran guru sangat strategis. Guru lebih penting dari materi yang diajarkan.

   Guru TK bukan hanya sebagai model, tetapi sekaligus sebagai media dan metode. Karakter guru akan menjadi rujukan bagi anak. Ucapan, sikap, dan perilaku guru menjadi contoh bagi anak. Apa yang dikatakan guru menjadi rujukan bagi anak. Bahkan Anak TK sering kali lebih percaya kepada gurunya daripada orang tuanya. Ini berarti pendidikan Pancasila di TK harus lebih dipercayakan kepada para guru. Bukan materi yang harus diinstruksikan dari atas, tetapi kepercayaan kepada guru untuk menjadi model karakter bagi anak. 
  





Posting Komentar

0 Komentar