APENSO INDONESIA

header ads

Perangi Banjir Sedini Mungkin Bersama Warga Sekitar Di Hari Bencana Alam Internasional

“Perangi Banjir Sedini Mungkin Bersama Warga Sekitar Di Hari Bencana Alam Internasional“


Oleh : H. Banu Atmoko
Apenso Indonesia


   Hari Pengurangan Risiko Bencana Alam Internasional dirancang oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendorong masyarakat dan pemerintah untuk ambil bagian dalam membangun komunitas dan masyarakat yang tahan terhadap bencana alam, yang pada awalnya diperingati setiap Rabu kedua di bulan Oktober. 

   Hari peringatan ini merupakan bagian dari proklamasi Dekade Pengurangan Bencana Alam Internasional yang dimulai pada tahun 1990. Pada tahun 2002, resolusi lebih lanjut dari Majelis Umum PBB memutuskan untuk mempertahankan upaya pengurangan dampak dan mitigasi bencana alam global dengan membuat hari peringatan internasional yang diperingati setiap tahun. Dan pada tahun 2009, Majelis Umum PBB menetapkan 13 Oktober sebagai Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional. 

   Bencana alam merupakan sesuatu yang tidak terhindarkan. Ia menghantui kita setiap saat. Ia bisa datang kapan saja dan di mana saja, juga menimpa siapa saja. Bisa datang secara lambat seperti kekeringan, ataupun cepat seperti banjir bandang atau tornado. Bisa berskala kecil, namun bisa juga berskala besar hingga meluluhlantakkan seperti tsunami Aceh. Namun satu hal yang pasti, kita bisa meminimalisasi resiko dan dampak yang ditimbulkannya, dengan berbagai upaya. 

   Tujuan peringatan hari tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap tindakan-tindakan yang dapat dilakukan guna mengurangi resiko bencana. Ya, masyarakat di negara-negara rawan bencana seperti Indonesia memang sudah sepatutnya memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengantisipasi resiko dan dampak bencana alam, yang sampai saat ini (setidaknya dalam pengamatan saya) belum cukup.

   Tema peringatan Hari Pengurangan Bencana Alam Dunia tahun ini adalah Knowledge For Life (Pengetahuan Untuk Hidup). Pengetahuan lokal-tradisional (atau disebut juga kearifan lokal) dapat melengkapi ilmu pengetahuan modern dan meningkatkan ketahanan individu dan sosial terhadap bencana alam. Sebagai contoh, pengetahuan akan peringatan dini di alam dapat berperan penting dalam memastikan dilakukannya tindakan dini untuk mengurangi dampak bencana yang datang baik secara cepat maupun lambat. Digabungkan dengan pengetahuan ilmiah seperti laporan meteorologi, pengetahuan lokal sangat penting untuk membentuk kesiapsiagaan masyarakat dan dapat diwariskan dari generasi ke generasi.

   Dalam memperingati Hari Pengurangan Bencana Alam Internasional yang jatuh pada tanggal 13 Oktober, Siswa/Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “AL-IKHLAS Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir pada hari Minggu, 18/10/2020 bersama Warga RT 05 RW 05 Bulak Rukem III/III A Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir memperingati Hari Bencana Alam yaitu dengan melakukan Kerja Bakti Massal membersihkan selokan (got) dimana kegiatan kerja bakti tersebut dilaksanakan pukul 05.30. Siswa/Siswi SMP PGRI 6 Surabaya dengan semangat membersihkan halaman sekolah dan selokan.

(Angkutan DKRTH)

   Menurut bapak Kepala SMP PGRI 6 Surabaya alumni jurusan PLS UNESA kelahiran April 1984 bahwasannya tujuan dari kegiatan tersebut adalah memperingati Hari Bencana Alam serta dimana sekarang ini sudah datang musim penghujan, sehingga air yang di selokan lancar sehingga tidak tergenang banjir dan terbebas dari bencana. Sampah yang sudah terkumpul dari kerja bakti di kumpulkan jadi satu di depan gapura dan di angkut oleh Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya.
#TantanganGuruSiana
#dispendikSurabaya
#Guruhebat




Posting Komentar

0 Komentar