ERGONOMI PERTANIAN JANGAN MISKIN
Oleh : Gempur Santoso
(Gubes Unipa Surabaya, Bidang Ergonomi dan K-3)
Laporan Bappenas (badan perencanaan pembangunan nasional), pada tahun 2020 terdapat pengangguran 4,22 juta orang. Tentu para penganggur ini, ditambah usia lanjut tidak mampu kerja. Jumlah akan semakin banyak. Kebutuhan hidup (makan), sangat mungkin ditanggung oleh yang produktif berpenghasilan.
Sabar. Kita hidup bersama. Sambil mencari atau membuat kerja bagi para pengangguran. Agar bisa menjadi berpenghasilan. Halal.
Walau saat ini banyak pekerjaan bentuk baru. On line dan lain - lain. Misal : go-jek, go-car, dan semacam go lain, jualan on line, berkebun hidroponik, marketplace, dan sebagainya. Ternyata pengangguran pun masih menumpuk - banyak.
Kalau kita mengikuti data BPS (biro pusat statistik), laporan tahun 2020. Pekerjaan bidang pertanian meningkat 2,23 % poin, dan di industri menurun 1,30 % poin. Ini pertanda bahwa yang masuk bekerja/menjadi bidang pertanian meningkat.
Bertani perlu lahan/tanah. Kecuali hidroponik - menghemat lahan/tanah.
Sementara, kalau di Jawa, hampir setiap desa/kampung atau dukuh mengalami pengembangan. Artinya : lahan pemukiman di pedukuhan sudah penuh, akhirnya tanah sawah penduduk dibuat rumah pemukiman. Jelas lahan pertanian semakin berkurang.
Mungkin di luar Jawa. Lahan untuk bertani masih luas.
Lahan pertanian. Perlu diperluas. Dengan cara membuka hutan untuk pertanian. Tentu harus terukur. Berapa luas tanah yang diperlukan untuk penghijauan memproduksi oksigen. Juga, hewan yang hidup di hutan tidak punah. Perlu perhitungan ekosistem.
Pada pengembangan pertanian. Perlu infrastruktur jalan, agar transportasi penjualan hasil pertanian, lancar. Termasuk bibit dan pupuk, lancar.
Tidak kalah penting, air dan sistem pengairan. Air sangat diperlukan tanaman. Tanpa air cukup, maka tanaman akan mati atau kering atau produksi rendah.
Penting lagi. Berapa luas lahan yang harus dimiliki petani. Agar tidak berkutat pada kemiskinan.
Perlu perhitungan. Lahan sekian hektar atau sekian are. Dalam satu kali tanam menghasilkan berapa, biaya berapa. Keuntungannya berapa. Kebutuhan hidup sekeluarga berapa. Cukupkah. Masih ada simpanan (saving) kah. Jika rugi atau impas, tentu akan berkutat pada kemiskinan.
Tidak ada saving, tidak ada pengembangan taraf hidup. Tetap miskin. Tidak ergonomis.
Ya kemiskinan tidak ergonomis. Sebab, tidak seimbang antara biaya usaha kerja dengan pendapatan layak kebutuhan hidup.
Dalam pertanian, perlu dicari efesiensi yang baik. Bisa mengarah teknologi pertanian. Melengkapi peralatan mesin pertanian. Lahan. Sistem. Itu semua sebagai investasi tetap. Bisa untung. Tidak miskin. Tentu kehadiran pembangunan infrastuktur pertanian dari pemerintah sangat diperlukan.
Indonesia, sebagai negara katulistiwa. Terkenal sebagai negara agraris. Memang lebih cocok pengembangan pertanian. Walau yang lain tetap berkembang.
Salam sehat semua...aamiin yra
(GeSa)
0 Komentar