BENTUK BERSYUKUR BAHAGIA
Oleh : apensoindonesia.com
Terasa orang-orang selalu bahagia. Segala hal selalu merasa bersyukur. Menurut ukuran orang lain kondisinya susah, padahal mereka bersyukur. Bahagia.
Miskin harta bahagia, kaya harta pun bahagia. Tergantung tujuan penggunaannya.
Punya sepeda bontot, bersyukur bukan kepalang. Tampak riang. Dibersihkan terus. Di ontel terus. Kemana-mana. Tentu berkeringat. Jadi sehat.
Tak punya sepeda pun. Bersyukur. Berjalan kaki. Ke pasar Krempyeng, beli ini itu. Selalu berjalan kaki. Barokah sehat. Masih bisa berjalan. Bersyukur.
Lumpuh kaki (ngesot) pun tetap bersyukur. Masih bisa melihat. Masih bisa melihat sanak saudara. Masih bisa melihat alam sekeliling. Duwit berapa pun bisa dilihat. Jelas. Bersyukur. Bahagia.
Yang melimpah uang pun. Tetap bersyukur. Padahal kondisi sakit. Terus berobat. Ke dokter. Ke tukang pijit. Tetap bahagia. Bersyukur punya duwit. Berapapun bisa membayar. Oleh Tuhan, diberi rejeki. Cukup. Melimpah. Kemana-mana diantar. Tapi sakit. Bersyukur bisa membayar. Punya uang.
Sampai kematian pun bersyukur. Dianggap jika hidup merasa kasihan. Bersyukur dipanggil Tuhan. Dan didoakan semoga segala dosanya diampuni.
Itulah orang Jawa. Yang saya tahu. Besar kemungkinan juga seluruh masyarakat Indonesia. Selalu bersyukur. Selalu bahagia.
Bahkan ajaran pun menyebutkan "siapa saja yang menyukuri nikmat dari Tuhan maka akan diberi nikmat lagi berlipat-lipat, lebih besar".
Saat sepada bontot selalu dibersihkan. Kinclong. Asli. Enak dinaiki. Lawas. Ada yang beli. Harga tinggi. Makin bersyukur. Makin bahagia.
Kita tidak tahu. Hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Sangat mungkin ganjaran barokah bisa bentuk lain.
Mensyukuri, nrimo ing pandum (menerima apa saja pemberian dari Tuhan). Merawat bentuk mensyukuri. Bahagia.
Akhir tahun 2020 ini. Di FB dan WA pun banyak gambar foto tampak bahagia. Ikut senang melihatnya.
Kita tetap selalu bersyukur. Salam sehat selalu...aamiin yra.
(GeSa)
0 Komentar