APENSO INDONESIA

header ads

BERADAB

BERADAB


Oleh : Gempur Santoso

(Gubes Ergonomi-K3, juga Dewan Penasehat Ikatan Cedekiawan Muslim Se-Indonesia/ICMI Muda, Jatim)


Beradab bisa diartikan norma. Bisa norma agama maupun norma budaya. Norma memiliki nilai nilai (value) kehidupan.

Kebalikan beradab adalah biadab. Itu melanggar, menerjang, menabrak nilai-nilai kebaikan yang ada dalam agama ataupun budaya.

Beradab setidaknya berbicara manusia, sosial, dan keadilan. Itupun sebetulnya sudah tertuang pada sila kedua Pancasila yakni "kemanusiaan yang adil dan beradab".

Kemanusiaan memperlakukan manusia layaknya manusia. Diri kita ini adalah manusia. Siapakah manusia itu?

Ada yang menyebut "manusia adalah makhluk yang berfikir". Senada dengan Islam bahwa "yang membedakan manusia dan makhluk lain ciptaan Tuhan adalah manusia memiliki akal". Akal adalah berfikir. Dan, bisa berfikir karena dilakukan organ otak.

Manusia bukan hewan. Sebab hewan juga punya otak, tapi otak hewan tidak bisa untuk berfikir.

Manusia memiliki jasmani dan rohani. Dalam pendidikan, membentuk manusia menggunakan tiga pedekatan : kognitif (pengetahuan), afektif (prilaku), dan psikomotorik (bergerak). Filsafat Jawa menyebut cipto, roso, dan karso. Dalam agama menyebutkan bahwa manusia diberi daya nalar, daya qolbu, dan daya hidup.

Ketiga hal itu. Ada pada manusia. Dibentuk. Sesuai peradaban yakni: norma agama dan norma budaya yang memiliki nilai nilai positif - kebaikan, dan pengabdian pada Maha Pencipta.

Oleh karena itu. Manusia terus belajar mengetahui diri sendiri (jati diri).  Manusia terus belajar ilmu pengetahuan. Manusia belajar melakukan atau gerak aktivitas. Dan, manusia terus belajar hidup bersama ketika di dunia bersama manusia lain dan dengan isi alam ini.

Tentu manusia tetap manusia. Agama tetap agama. Budaya tetap budaya. Namun yang berubah adalah penerapan (implementasi) peradaban. Seiring rahasia Tuhan ada yang ditemukan manusia. Biasa disebut temuan baru.

Secara sosial juga individual. Manusia sebagai makhluk sosial juga makhluk individual dirinya sendiri.

Dalam sosial pasti interaksi dengan manusia lain dan alam sekitar. Atas pengetahuan keberadabannya melakukan interaksi dengan yang lain. Semua itu, agar manusia dapat diterima oleh manusia lain. Atau masyarakat. Atau komunitasnya.

Temuan baru. Setiap dekade/waktu muncul. Terungkap. Sebetulnya sudah ada. Tuhan telah membuat. Manusia terus mencarinya dan menemukanya. 

Saat ada temuan baru. Implementasi peradaban pun ada perubahan. Saat elektonik handphone ditemukan, tersosialisasi, implementasi peradaban berubah.

Apalagi saat ini banyak sekali, aktivitas difasilatasi berbagai aplikasi dengan serba on line. Jelas implementasi peradaban pun berubah. Itu kita rasakan.

Akhir-akhir ini. Muncul virus corona. Banyak orang. Sesuai keahliannya. Ingin menemukan penawar virus corona. Biar imun tubuh tidak melemah. Tetap bugar kuat.

Banyak negara pun membiayai untuk menemukan vaksin virus corona. Agar tidak banyak bergelimpangan wafat. Adanya virus itu, implementasi peradaban pasti berubah. 

Semua muncul secara obyektif. Sesuai tempat situasi kondisi masing-masing. Sesuai tanggung jawab masing-masing. Sesuai lini kehidupan masing-masing. Semua sesuai masing-masing atas kehendak Tuhan. Sesuai tempat masing-masing, adil. 

Bila tidak, maka terjadi benturan. Benturan itu, keramaian itu, orang sebut tidak adil. Ya...adil akan tampak saat ada ketidakadilan.

Peradaban akan tetap. Implementasi peradaban akan berubah dan terus berubah.

Seperti: "manusia tidak boleh kehilangan akal", agar tetap manusia. Ada lagi, "jangan sakiti hati manusia atau menyakiti hati (menganiaya) diri sendiri", agar saling nyaman. Itu peradaban, tetap. Namun implementasi peradaban terus berubah memerlukan tafsir.

Semoga Anda tetap adil dan beradab.

Salam sehat selalu...aamiin yra.

(GeSa)






Posting Komentar

0 Komentar