APENSO INDONESIA

header ads

BUDAYA ANTRI PERLU CUKUP ILMU

BUDAYA ANTRI PERLU CUKUP ILMU

(Gambar Ilustrasi : Antri)

Oleh : apensoindonesia.com


Budaya. Berasal kata "budi" kemampuan menggabungkan akal dan batin, sehingga tahu antara mana yang baik dan yang tidak. Kata "daya" adalah kekuatan. 

Jadi bisa diartikan "budaya" adalah kekuatan  akal dan rasa untuk memunculkan yang baik. Tentu saja yang dianggap tidak baik tak muncul.

Budaya antri. Tentu itu baik. Sesuai nomor urut. Adil. Tidak salang tujang (rebutan). Tidak ada yang disakiti perasaannya. Tertib tidak ada yang dilangkahi. Selalu tertib, antri menjadi budaya. Harapan, antri bisa membudaya.

Kadang lama ikut antri. Justru yang tidak antri, malah lebih dulu. Lebih cepat. Ada pula, ikut antri panjang, lama, jadi lelah. Antri posisi berdiri, lama, pun melelahkan.  Terus bagaimana?.

Budaya antri pasti baik. Tapi ada yg mengakibatkan orang menjadi lelah, tidak baik. Mengakibatkan penyerobotan juga tidak baik. 

Yang membuat sistem antri perlu belajar. Bagaimana saat orang mau antri, tidak membuat lelah, tidak membuat ada yang bisa nyerobot.

Kemampuan seseorang membuat sistem antrian, penting. Diperlukan.

Pernah ada gambar, saking banyak yang antri. Lelah. Yang di antri-kan sandal, sepatu. Pemiliknya, istirahat duduk bersandar tembok, biar tak lelah.

Ada ruang bank. Membuat sistem antrian. Cukup sistem nomor. Sementara yang punya nomor duduk pada tempat yang disediakan. Ruangan dingin. Sejuk. Tidak gelisah. Tidak melelahkan. Nyaman. Ada pula kursi diberi sandaran lumbar (pinggang) akan makin nyaman antri. Nunggu antri. Nunggu panggilan nomor.

Budaya antri itu baik. Adil. Tidak salang tunjang. Tidak suap. Tidak nyrobot. Itu terjadi apabila yang membuat sistem antrian memiliki ilmu pengetahuan yang cukup. Memadai.

Dan, jangan lupa, yang hidup pun antri wafat. Baik-baik saja ya. Sangu ilmu bermanfaat dan jariah lainnya. Nyaman.

Semoga sehat semua...aamin yra.

(GeSa)




Posting Komentar

0 Komentar