KEPALA DINAS SOSIAL KABUPATEN DOKTOR TIRTO ADI : KARYA LITERASI DAPAT MENJADI WARISAN BAGI ANAK CUCU
Oleh : Kris Mariyono
Director of Jurnalisme Apenso Indonesia
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo Doktor Tirto Adi mengingatkan, perlunya mendokumentasikan kegiatan dalam buku yang merupakan bagian dari literasi.
"Dengan segala kegiatan terkait pengembangan budaya jika dapat didokumentasikan bentuk buku akan bisa menjadi warisan anak cucu kita," demikian dikatakan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo Doktor Tirto Adi ketika memberikan sambutan pada Acara Padang Rembulan di Kampung Seni Prakarsa Komunitas Budaya Brang Wetan (28/12).
Menurutnya, Program Brang Wetan yang bertujuan melestarikan dan mengembangkan potensi seni budaya bangsa layak difasilitasi.
"Pengembangan seni budaya bangsa tidak hanya menjadi tanggung pemerintah saja melainkan juga kalangan masyarakat termasuk Komunitas Budaya Brang Wetan," imbuhnya penuh semangat.
Pak Tirto sapaan akrab Doktor Tirto yang pernah menjadi Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sidoarjo mengakui, selama bekerja di bidang Pendidikan hingga Sosial, pihaknya tetap meluangkan waktu untuk menulis baik menyangkut ide gagasan pribadi maupun persoalan fenomena budaya yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat.
"Semua tulisan saya telah dimuat di berbagai media cetak, saya wujudkan dalam bentuk literasi buku berjudul Sean Of Culture," ujar Pak Tirto sembari memperlihatkan Buku karyanya setebal kurang lebih 200 halaman.
"Persoalan anak muda, karyawan di kantor, Sosial Politik, dan Agama, ada semua dalam perspektif tinjauan budaya," tambah Pak Tirto.
Dicontohkan, salah satu tulisannya yang terkait kegundahan pejabat dikantornya yang kurang harmonis dengan staf dan atasnya dilepasnya melalui pendekatan filsafat Jawa Nata Rasa (Menata Perasaan), Among Rasa (Merawat perasaan ), Wakil Tresno (Adanya kecintaan), dan Agawe Karya (Berkarya).
"Kalau menjadi pejabat tidak bisa memaknai filsafat tersebut ya akan mengalami kesulitan, karena kaitannya bagaimana menata emosi diri (Nata rasa), Merawat dan menghargai perasan orang lain (Among Rasa), Mewujudkan kecintaan sekaligus menghargai sesama insan yang berbeda status (Wakil Tresno) dan keberhasilan berkarya (Agawe Karya)," urai Pak Tirto yang juga mengingatkan ketenangan dan jiwa besar dalam menghadapi berbagai persoalan budaya di era digital.
Budayawan Henry Nurcahyo yang juga menulis Buku Legenda Panji dalam Refleksi Budaya akhir tahun kali ini menyoroti, pentingnya menghadapi perubahan tata kehidupan seiring terjadinya kasus virus Corona yang sudah mendunia.
"Adanya Virus Corona ini, sebagai jawaban pelajaran filsafat 47 tahun saat saya duduk di bangku semester awal di Fakultas Hewan UGM yang intinya "Ada tapi tidak ada, tidak tapi ada". Siapa bilang Corona tidak ada, padahal ada mau bilang tidak kenyataanya banyak yang terserang virus Corona, ada yang bilang orang yang memiliki penyakit bawaan rentan terkena Virus Corona, tapi realitanya yang sehat juga diserang, OTG (Orang Tanpa Gangguan)," beber Henry yang juga Ketua Brang Wetan.
"Sebagai mahkluk manusia yang diberi akal pikiran, mari kita berupaya menghadapi berbagai perubahan dalam tata kehidupan kalau tidak ingin diubah artinya mari tetap semangat berkarya memberdayakan apa yang ada di bumi dan ketrampilan apa yang diberikan Allah Maha Pemurah kepada hambanya, sebagai pelaku seni budaya mari berkarya mencari inovasi dengan tetap menjaga kesehatan,tanpa mengesampingkan Protokol kesehatan," jelas Henry yang menekankan semangat kerja dan selalu bersyukur dan berserah diri.
Padang Bulan di Kampung Seni Pondok Mutiara Sidoarjo kali ini diwarnai Seni Macapat bersama Tokoh Macapat Sidoarjo Mbah Suwarno dan Baca Geguritan oleh Budayawan Sidoarjo S. Karno.
-----------
0 Komentar