APENSO INDONESIA

header ads

Melompat Menjadi Bangsa Besar ?

Melompat Menjadi Bangsa Besar ?


Oleh : Daniel Mohammad Rosyid
Guru Besar ITS Surabaya 



Menarik mencermati artikel Prof. Arif Satria (Rektor IPB) yang dipublikasikan di Media Indonesia 23/12/2020 dengan judul yang hampir sama dengan tulisan pendek ini. Gagasan utamanya adalah bagaimana kemampuan inovasi sebuah bangsa akan menjadi faktor kemampuannya beradaptasi dalam lingkungan yang semakin tidak pasti dan kompleks untuk lestari dan menjadi bangsa besar. Ada tiga syarat : future practice, growth mindset, and agile learner. 

Saya akan membahas gagasan Arif Satria ini dengan memetakan kondisi Republik saat ini sehingga kita tahu kondisi batas serta koordinat pada saat kita mau melompat menjadi bangsa besar. Pertama, banyak perguruan tinggi Indonesia yang masih terobsesi dengan best practice dan fixed mindset. Salah satu indikatornya adalah ketergantungannya pada world university rankings. Perankingan ini adalah cara Barat memaksakan standard mereka untuk sekaligus melestarikan rasa rendah diri bangsa ini. 

Mengapa banyak PT di Indonesia memiliki kapasitas inovasi yang rendah ? Sebab utamanya adalah karena mahasiswa - mahasiswanya terlalu lama bersekolah (12 tahun) dengan obsesi standard yang tidak masuk akal. Persekolahan massal paksa adalah hambatan terbesar bagi prasyarat calon mahasiswa baru bagi perguruan tinggi yang berorientasi future practice, growth mindset, dan agile learner ? Persekolahan terbukti menghasilkan kedunguan yang luas, karena kegagalan adalah buruk bagi seorang anak sekolah. Kesalahan pokok guru di sekolah adalah selalu mengharapkan jawaban yang benar, bukan jawaban yang jujur. Kesalahan adalah kutukan bagi anak sekolah. 

Orientasi banyak perguruan tinggi pada prestasi world-classs sesuai standard asing telah secara sistematik menelantarkan relevansi dan warisan lokal. Warisan lokal di Nusantara dengan keragaman yang luar biasa justru kurang dikembangkan. Penelantaran sektor kemaritiman Indonesia misalkan karena standard internasional sangat beroreantasi benua/kontinen. Ini bukti bahwa mutu berbasis standard internasional telah menelantarkan relevansi. 

Perguruan tinggi justru semakin kehilangan arah setelah reformasi menghasilkan UUD 2002 yang sangat liberal kapitalistik. Saat acuan kehidupan berbangsa dan bernegara mencair semakin liberal kapitalistik, perguruan tinggi bukan lagi menjadi institusi yang secara organik menjadi pusat pertumbuhan kecerdasan bagi masyarakat di sekitar kampus. Perguruan tinggi lebih mengabdi pada kepentingan investor asing. Rankingnya ditentukan oleh berapa banyak alumninya yang bekerja di perusahaan - perusahaan asing, bukan oleh berapa banyak alumninya menjadi pengusaha kecil berbasis agromaritim. 

Jika Arif Satria langsung menunjuk peran PT sebagai ujung tombak inovasi, maka memang PT harus dilepaskan dari persekolahan massal. Perguruan Tinggi mengemban misi yang berbeda, bukan kelanjutan pendidikan menengah formal. Persekolahan massal memang sejak awal dirancang sebagai instrumen teknokratik untuk menyiapkan tenaga kerja yang cukup terampil menjalankan mesin-mesin pabrik sekaligus cukup dungu untuk bekerja bagi kepentingan pemilik modal. Banyak perguruan tinggi dibangun untuk menutup-nutupi kegagalan persekolahan untuk menghasilkan warga muda yang bertanggungjawab, mandiri, sehat dan produktif. Akibatnya banyak perguruan tinggi gagal mengemban tugas-tugas inovasi. 

Sebelum menjadi bangsa besar no wahid di dunia 2045, saya usul agar Indonesia memimpin ASEAN dahulu dalam waktu 10 tahun ini. Regional leadership ini perlu dipikirkan sekaligus test case karena ASEAN akan menjadi satuan ekonomi, politik dan budaya yang cukup penting dalam percaturan geopolitik regional vis-a-vis China. Islam dan kemelayuan jangan dilihat secara negatif sebagai politik identitas, namun sebagai kekuatan nyata yang menjadi rahmat bagi alam sekelilingnya. Melupakan faktor budaya di era industri 4.0 ini adalah kekeliruan besar. Culture does matter

Rosyid College of Arts,
Gunung Anyar, Surabaya
29/12/2020
---------------




Posting Komentar

0 Komentar