APENSO INDONESIA

header ads

Kisah Garuda, Gajah dan Naga

Catatan Akhir Tahun 2020 :
Kisah Garuda, Gajah dan Naga



Oleh : Daniel Mohammad Rosyid
Guru Besar ITS Surabaya



Apa yang terjadi di bentang alam yang disebut Nusantara ini, sejak milenium kedua dimulai adalah kisah tentang pertarungan antara Gajah di Barat dan Naga di Timur untuk menaklukkan Garuda di Selatan. Tanah ini terlalu kaya dan penting untuk dibiarkan begitu saja tidak dijarah atau dikuasai. Yang terjadi adalah sebuah proses panjang yang oleh Samuel Huntington disebut sebagai benturan peradaban hingga hari ini.  

Garuda adalah pewaris Islam yang tidak terduga. Kawasan ini berada hampir 7500 km di Timur semenanjung Arabia. Islam sudah masuk ke Nusantara sejak zaman Abu Bakar atau Umar memimpin Madinah. Islam kemudian terbukti menjadi unsur paling penting dalam perlawanan Garuda melawan Gajah dan Naga sepanjang milenium kedua hingga hari ini. Islam pula yang memudahkan ratusan suku di tanah ini untuk menerima sebuah narasi baru tentang sebuah bangsa. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, Islam pula yang mempersatukan Nusantara. Narasi kontemporer yang mengatakan sebaliknya tidak saja keliru, tapi fitnah yang menyesatkan atas Islam di Indonesia. 

Desakan Naga pada elite politik nasional untuk menghentikan FPI adalah upaya paling mutakhir untuk mengalahkan Islam. Hanya kaum sekuler radikal yang memiliki cukup mentalitas dan kompetensi untuk melakukan kekejian biadab atas 6 laskar FPI yang berusia muda di KM50. FPI adalah simbol perlawanan Islam terpenting saat ini. Di sini Gajah dan Naga menemukan musuh bersama, sekalipun di luar sana, Gajah dan Naga sedang berselisih tajam. Pengaruh kebangkitan Naga sebagai raksasa ekonomi baru dalam dinamika Garuda sudah terasa paling tidak dalam 10 tahun terakhir ini. 

Adalah kepergian Gajah yang asyik memikirkan dirinya sendiri lalu meninggalkan kepemimpinan regional di Asia Timur kosong tanpa komandan. Tidak mengherankan jika Naga segera mengambil prakarsa kepemimpinan baru dalam One Belt One Road. Kegagalan Garuda untuk memimpin ASEAN juga merupakan faktor yang penting sehingga Naga leluasa mengambil alih kepemimpinan di ASEAN. 

Penting dicatat, bahwa baik Naga maupun Gajah memiliki kepentingan menjadikan Garuda sebagai konsumen dan pasar bagi produk-produk mereka, walaupun bahan bakunya mereka rampas dari Garuda melalui berbagai skenario investasi asing yang pada hakekatnya adalah invasi asing sejak UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing diberlakukan. Pada akhirnya ini semua memang soal bisnis. Perang sekalipun demikian. No more no less. 

Untuk itu, pendidikan sebagai sebuah upaya menyediakan prasyarat budaya bagi bangsa yang merdeka perlu dibajak melalui persekolahan massal paksa sebagai instrumen teknokratik untuk menjongoskan bangsa ini. Persekolahan massal tidak pernah dirancang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. UU Omnibus Law Ciptaker pada hakekatnya adalah langkah paling mutakhir penjongosan besar-besaran atas bangsa ini yang jiwanya sudah terjajah. Bahkan pesantren pun disekolahkan melalui UU 18/1/2019 tentang Pesantren. 

Persekolahan massal paksa adalah sekaligus proyek deislamisasi besar-besaran agar secara ekonomi dan politik ummat Islam menjadi kelompok marjinal sementara massal bangsa ini menjadi abangan, sekuler. Jika dicermati lebih baik, narasi islamophobik yang mendominasi wacana publik sejak 5 tahun terakhir disuarakan oleh kelompok sekuler radikal, termasuk kelompok komunis baru. 

Pengumuman Menkopolhukam terakhir untuk menunjukkan bahwa FPI bubar dan kegiatannya dilarang membuktikan bahwa Islam adalah unsur yang paling berbahaya, sesuai pesanan tuan Gajah dan Naga di Washington dan Beijing. Simbol perlawanan Islam ini harus dihancurkan. Tapi ini sekaligus membuktikan kekerdilan rezim ini. 

Apakah Naga akan mengalami nasib yang sama seperti nasib pasukan Kubilai Khan saat menyerang Singhasari di bawah komando Kartanegara 700 tahun silam di tanah Jawa, hanya sejarah yang akan membuktikan. 

Rosyid College of Arts, 
Gunung Anyar, Surabaya
01/01/2021
------------------




Posting Komentar

0 Komentar