PETUNJUK ATAS KETIDAKTAHUAN
Oleh : Gempur Santoso
(Dewan Penasehat Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia/ICMI Muda Jawa Timur)
Hampir semua orang tidak mau disalahkan. Walau berbuat salah. Apalagi lihai menyimpan salahnya, rapat. Berbelit - belit. Sampai seakan sulit dicari.
Semua orang tidak mau disalahkan. Di dunia. Terbukti ada hakim. Pengadilan. Yang memutuskan.
Jika tidak substasial. Tahu salah. Tentu kita pura - pura tak tahu saja. Biar yang bersangkutan tidak malu.
Kadang kesalahan tidak disengaja. Tetapi terlanjur berbuat salah. Yang penting dirinya tahu salahnya. Lambat laun pasti akan memperbaikinya.
Dalam hadist. Dicontohkan, ada orang kentut, atau kepentut (tak sengaja kentut). Yang tahu dan mendengar. Pura - pura tak dengar. Pura - pura tak tahu. Mengapa? Yakni agar yang kepentut tidak malu.
Tahu atas kesalahannya. Akan mencari jawabannya.
Yang sulit mencari kesalahan diri. Kekurangan diri. Bila tak tahu. Tentu tak akan mencari jawabannya.
Seorang fillosof. Suharsimi Arikunto. Mendeskripsikan jenis manusia : tahu atas tahunya, tahu atas ketidaktahuannya, tidak tahu atas tahunya, dan tidak tahu atas ketidaktahuannya.
Jelas jenis manusia "tidak tahu atas ketidaktahuannya" sama sekali tidak tahu. Apalagi kesalahannya.
Menjadi tahu menjadi penting. Tahu apa saja. Dari literatur membaca. Maupun dari pengalaman hidupnya.
Ikro' (membaca). Membaca-lah, bisa dari tulisan maupun dari situasi kondisi alam. Biar tidak nabrak - nabrak. Bisa nabrak ajaran agama maupun budaya. Atau nabrak lainnya. Itu memiliki tujuan agar selamat hidup di dunia. Juga bekal hidup di akhirat.
Terus belajar. Itu, belajar sejak dari buaian ibu sampai menutup mata. Long life education.
Ajaran Jawa "ojo kesandung ing dalan kang roto". Memiliki makna dalam kelancaran jalan melakukan kehidupan ini. Jangan sampai jatuh (kesandung). "Kesandung" oleh apa saja. Jangan sampai terjadi. Jalan hidup sudah rata - lempeng, bebas hambatan. Lancar. Tapi, Yang Maha Kuasa tentu punya rencana sendiri atas ciptaanNya.
Kadang. Tak disangka. Tak dikira. Adalah "disandungkan". Disrekal, dijomprongkan. Jelas di luar rencana. Diluar kemampuan.
Anggap saja pengalaman. Sebagai bahan untuk belajar lagi. Agar lebih bisa. Selamat.
Setelah berikhtiar kemudian pasrah pada Yang Maha Membuat Hidup. Itu penting. Apa pun hasilnya.
Kegagalan atau sakit, kadang, adalah rambu - rambu larangan. Ataupun petunjuk. Sebagai tanda (symtom) tidak boleh diteruskan. Move on. Atau, cobaan. Itu tampaknya cara Tuhan menyelamatkan umatnya.
Itu semua. Perlu berpikir. Instrospeksi diri. Untuk mengambil keputusan diri yang cocok. Untuk melangkah selanjutnya. Hidup selanjutnya.
Biasa sering terjadi, yang benar dan mudah adalah yang diridhoi Tuhan. Sesuai dengan potensi umatnya. Allah SWT Yang Maha Tahu.
Mengabdi Tuhan. Positive thinking. Tetap bersahaja.
Semoga semua sehat lahir dan batin....aamiin yra.
(Gesa)
0 Komentar