PUNCAK KEMULIAAN
Oleh : Gempur Santoso
(Dewan Penasehat Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia /ICMI Muda Jawa Timur)
Semua orang, ingin berbuat mulia. Walau tidak mengharap dimuliakan manusia. Tapi, masing - masing manusia pasti akan mendapatkan puncak kemuliaan.
Puncak kemuliaan itu berbentuk melengkung parabola. Tinggi puncak itu sesuai kegigihan. Sesuai bidangnya masing - masing. Memang hidup kehidupan itu melengkung. Tidak lancip.
Masing - masing orang. Mendapatkan bentuk aktivitas/pekerjaan/kehidupan. Jika itu konsisten dan komitmen. Akan mendapat puncak kemuliaan hidup lebih tinggi.
Dalam hidup baik, ada manusia selalu berbuat mulia. Tetapi belum sampai pada puncak kemuliaannya. Masih terus berproses dengan usianya.
Yang penting puncak positif. Mampu melakukan kebaikan. Akan mendapatkan kemuliaan kebaikan puncak.
Apa ada yang puncak negatif? Jawabnya ada. Misal : melakukan kejahatan. Akan mendapatkan puncak kejahatan dalam kehidupan.
Besar kejahatan seberapapun. Tetap mendapat puncak kemuliaan sependek apapun. Yang negatif tidak dalam bahasan ini.
Setelah sampai puncak. Pasti turun. Walau tak tahu sudah sampai atau belum. Kecuali yang instrospeksi. Kehidupan pasti tidak ada yang linier naik. Atau, linier turun. Pasti melengkung parabola.
Untuk mencapai puncak optimal. Memang banyak cara. Utama kehidupan terselubung dalam kesucian (yang tahu dirinya sendiri). Antara lain: "ojo salah mongso" (Jawa), dan selalu jujur atau tidak maksiat.
Jujur dengan sesama. Juga, jujur dengan Yang Maha Pencipta.
Orang jawa menyebut "ojo salah mongso" (jangan keliru waktu/masa). Saat anak - anak jangan merasa bayi. Saat remaja jangan merasa kecil. Saat dewasa jangan merasa remaja. Saat tua jangan merasa remaja. Atau, sebaliknya.
Lebih baik proporsional. Antara aktivitas dan usia. Dalam strategi pembelajaran pun begitu. Materi dan metode pembelajaran disesuaikan usia murid.
Misalkan : sudah tua sekali (kakek/nenek), baru akan punya anak. Misal lagi : sudah tua berpacaran layaknya remaja. Tentu berisiko.
Atau sebaliknya, misal : masih anak - anak mengerti urusan kegiatan yang tua (bersuami istri). Ini akan sulit dididik. Angel dikandani (sulit diberitahu).
Ya ada - ada saja. Tapi, langka. Atau kejadian terkecuali. Kejadian out of order.
Mengapa? Ya biar "tidak salah mongso". Jika salah mongso, akan mengalami kerugian. Akan mengalami berkurangnya (menjadi rendah) puncak kemuliaan yang didapat.
Ketidakjujuran termasuk kemaksiatan pun akan mengurangi tingginya puncak kemuliaan. Apalagi ketidakjujuran dangan Sang Maha Pencipta.
Manusia pernah salah. Manusia tempat salah. Tidak ada manusia sempurna.
Jika merasa salah dengan sesama. Sebaiknya segera minta maaf.
Jika merasa salah dengan Yang Maha Pencipta, sebaiknya segera mohon ampun - taubat.
Sebagaimana diyakini bahwa "Tuhan akan memaafkan, jika ada kesalahan sesama manusia sudah saling memaafkan".
Sampai puncak pasti akan turun. Sampai puncak kemuliaan pun akan turun. Kehidupan tinggal akselerasi (percepatan). Akselerasi dari daya kegigihan sebelumnya. Sebelum sampai di puncak kemuliaan.
Yang terpenting saat turun adalah tidak tergelincir. Atau, tidak nyungsep dalam kehidupan di dunia. Tetap berbuat mulia. Di dunia, kehidupan yang penuh dengan main - main ini.
Hal itu seperti pepatah "jaga mudamu, sebelum masa tuamu".
Itu demi waktu, manusia akan merugi. Kecuali orang beriman, selalu ingat Maha Pencipta, tahu kebenaran dan sabar. Itu saat dimana saja. Kapan saja. Yakni : saat menanjak, saat sampai puncak, pun saat meniti turun dalam kehidupan. Agar selamat/bahagia di dunia dan akhirat.
Semua orang butuh kemuliaan. Kemuliaan dari Tuhan Maha Pencipta. Allah SWT.
Semoga selalu sehat lahir dan batin...aamiin yra.
(GeSa)
0 Komentar