UTAMA BERTANI SAMBIL BERDAGANG
Oleh : apensoindonesia.com
Dulu. Sebelum musibah pandemi coronavirus. Tiba - tiba mendapat tawaran dari teman. Dia mau menjual tanah kebun. Luas. Ribuan meter peseregi. Harga ratusan juta. Tidak sampai milyar.
Saya jawab "terimakasih, belum ada rencana". Padahal, asli tidak punya uang untuk membeli tanah seluas itu.
Kata pemilik tanah, akan dipakai modal membuat usaha lebih besar. Sekadar obsesi.
Saya sempat menyarankan : jangan dijual. Sudah punya kok dijual. Jual tanah, nanti apa bisa beli tanah lagi?
Mengapa tidak di tanah itu dikelola menjadi produktif. Itu sudah menjadi usaha. Toh...semua pangan berasal dari tanah. Menanam di tanah. Pertanian teknologi modern pun perlu lahan.
Tentu, saya pun merasa sok tahu. Karena, tak pernah serius bertani. Sebab tidak pernah ketulungan (tak pernah mampu) bisa punya tanah luas.
Memberi saran, bisa juga, boleh juga. Tentu boleh - boleh saja. Apalagi pernah punya keinginan bertani. Waktu ikut orang tua pernah membantu bertani. Saat ini ada kebun kecil saya tanami segala sayur. Dipetik tiap hari, tak habis.
Sampai saat ini tanah teman saya itu, tidak terjual. Masih utuh.
Malah beberapa hari lalu. Teman saya itu silaturohim ke rumah saya. Beserta putranya/anaknya. Saya dan istri menemuinya. Mendengarkan dia bercerita. Kadang kami ikut bertanya.
Saya mendapat oleh - oleh biji dan benih tanaman. Biji/benih : kacang panjang dan gambas. Benih dalam pot/polibak : terong besar, rimbang, kenikir, buah naga, ketela pohon, dan lain - lain. Juga beberapa buah jambu merah (jambu kluthuk warna merah) besar.
Semua itu hasil dan ada di kebun/pekarangan teman saya itu. Pekarangan dia. Saat ini banyak berbagai tanaman produktif. Saya dikirimi videonya.
(Gambar : Tanah perkebunan)
Tanaman produktifnya : padi (pari gogo), berbagai pisang. Termasuk pisang, bahan pisang goreng. Juga, jagung, pohon porang. Dan lain - lain. Katanya, pekarangannya penuh tanaman produktif. Luas. Di area beribu - ribu meter persegi itu.
Selain itu, teman saya itu juga pedagang ikan kering. Kulak di nelayan Tuban. Dijual di desanya daerah Gresik. Laris.
Dari tanah pekarangan bisa menghasilkan. Tidak pernah belanja mengeluarkan dana. Malah dapat dana penghasilan. Juga dari dagangan ikan kering untuk lauk pauk.
Dari pertanian dan dagangnya. Teman saya itu sudah eksis. Membuat usaha. Tidak perlu kesana - kemari nglamar kerja untuk putranya. Apalagi di zaman pandemi coronavirus ini, banyak juga yang di PHK (putus hubungan kerja).
Teman saya itu beserta putranya. Seorang perjaka. Dan, bapak ibunya yang sudah sepuh.
Dalam bertani dibantu tetangga. Tenaga harian. Bila diperlukan.
Semoga sedikit demi sedikit punya mesin pertanian. Bertani modern. Sebagaimana kesanggupan perjaka anak teman saya itu. Menjadi ringan. Terjangkau.
Bertani memang butuh ilmu. Termasuk bertani modern. Juga berdagang butuh ilmu. "Yang Maha Kuasa (Allah SWT) meningkatkan derajat manusia sesuai ilmunya".
Semoga semua sehat lahir dan batin...aamiin yra.
(GeSa)
0 Komentar