HARUSKAH PEMBELAJARAN DARING BERADA DI MASA PENDEMI COVID-19?
Oleh : Dr. Drs. Achmad Noor Fatirul, ST., M.Pd.
(Dosen Unipa Surabaya)
Mari kita simak bagaimana pembelajaran seharusnya dilakukan masa dahulu sampai sekarang. Beberapa pakar jauh sebelum masa sekarang telah memprediksi bahwa pembelajaran di masa mendatang harus lebih terbuka. Artinya proses pembelajaran tidak hanya dilakukan dengan selalu dengan tatap muka tetapi dapat dilakukan dengan cara maya.
Jadi tidak ada alasan bagi kita pendidik untuk mengajar dengan gaya konvensional (Ceramah-Power point). Model ini sangatlah tidak produktif yang akan membawa kebosanan bagi peserta didik kita. Peserta didik cenderung buru-buru mencatat apa yang ditayangkan oleh pendidik, ia tidak fokus pada apa yang dijelaskan pendidik.
Himbauan pembelajaran abad 21 di era 4.0 sudah menganjurkan kepada kita pendidik untuk dapat mencampur proses pembelajaran tatap muka dan online. Ini jauh sebelum masa pandemic covid-19 muncul. Pembelajaran ini dikenal dengan nama Blended Learning. Seharusnya kita pendidik sudah mengapresiasi perubahan ini, tapi nyatanya anjuran ini dikesampingkan. Barulah setelah adanya masalah kesehatan yaitu menyebarnya virus covid seakan setiap pendidik dipaksakan untuk melakukan model pembelajaran ini.
Suatu hikmah yang tidak terhingga sehingga semua pendidik harus dapat melaksanakan model pembelajaran online ini. Toh nyatanya semua pendidik dapat dan hebat dapat melakukan proses pembelajaran ini. Namun dalam pelaksanaan ini tidak dapat dilakukan murni blended learning karena pendidik dan peserta didik tidak dapat melakukan proses tatap muka.
Ke depan bila masalah covid telah berlalu pendidik dapat mempertahankan model pembelajaran online, dan tatap muka juga tetap akan dilakukan dengan versi tidak menjelaskan materi panjang lebar. Akan tetapi materi diberikan secara garis besar dan peserta didik diberi tugas untuk mengaitkan contoh autentik masalah-masalah yang terjadi di lapangan dengan sedikit contoh dari pendidik.
Dalam pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah penginformasian tujuan, sedikit materi, diskusi dari hasil temuan tugas yang diberikan pendidik untuk mencari solusi dan penguatan terhadap hasil yang dipresentasikan peserta didik. Sedangkan pembelajaran online dapat difasilitasi dengan blog atau situs untuk mengkaitkan materi dan informasi lainya seperti bahan ajar atau bahan bacaan lainnya yang memberi wawasan kepada peserta didik.
Komunikasi dan kolaborasi untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik tentang materi yang telah diberikan oleh pendidik dapat dilakukan dengan e-mail, WhatsApp, SMS, atau Telepon. Ini semua arti pembelajaran blended learning dilakukan. Dengan demikian proses pembelajaran akan berlangsung efektif, efisien dan memiliki daya tarik bagi peserta didik. Model pembelajaran di masa pandemi ini sudah seharusnya dapat dilakukan oleh semua pendidik sejak sebelum masalah pandemi datang.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan di masa pandemi bukan suatu keharusan yang harus dilakukan di masa ini, akan tetapi memang inilah kewajiban dan strategi yang harusnya dilakukan oleh semua pendidik di seluruh dunia. Ke depan kita tidak lagi kembali pada model lama yang kental dengan sebutan konvensional (ceramah plus power point), tetapi kita semua telah berubah cara mengajar kita dengan model blended learning. Semoga ini dapat dengan konsisten dilakukan oleh pendidik kita.
Tidak ada satu strategi atau metode yang dapat baik dipergunakan dalam segala situasi dalam proses pembelajaran. Pendidik harus pandai mensiasati bagaimana proses pembelajaran dapat memenuhi kaidah-kaidah dalam teori pembelajaran. Sebagai bentuk apresiasi upayakan strategi atau metode yang kita pakai dapat dilakukan dengan autentik, artinya proses pembelajaran selalu menghubungkan atau mengkaitkan teori-teori yang diberikan kepada permasalahan nyata di lapangan yang sedang berkembang. Artinya, tidak ada suatu teori yang tidak dapat diterapkan di lapangan atau bidang kerja tertentu.
Yang menjadi pertanyaan adalah dapatkan setiap pendidikan membawa teori tersebut untuk diaplikasikan ke dunia nyata atau permasalahan autentik yang disesuaikan dengan permasalahan yang berkembang sekarang?. Inilah yang menjadi modal utama dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Semua kurikulum baik kurikulum 2013 (SD, SMP, SMA, dan SMK) maupun kurikulum di Perguruan Tinggi yang dikembangkan dan mengacu pada KKNI, pembelajaran dinginkan untuk difokuskan pada bagaimana materi yang akan kita berikan dapat dikaitkan dengan masalah-masalah nyata yang sedang berkembang.
Luaran pendidikan bagaimana dapat membawa anak kepada penyelesaian masalah yang ada di lapangan atau bidang kerja tertentu. Banyak sumber yang dapat didapat oleh peserta didik kita baik buku, artikel dalam jurnal, dan lain sebagainya yang ada dalam dunia internet maupun cetak merupakan sumber belajar yang harus didapat atau diperoleh oleh peserta didik dengan leluasa.
Biarlah alam perkembangan peserta didik mencari kebenarannya dengan polanya sendiri. Kita sebagai pendidik hanya memberikan penguatan agar apa yang dihasilkan peserta didik merupakan karya dan motif penyelesaian permasalahannya sendiri dengan mandiri. Pada prinsipnya proses pembelajaran tidak mencari kesalahan peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya, melainkan bagaimana keberagaman dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya menjadi perbedaan yang harus kita beri apresiasi (tidak ada jalan satu menuju roma).
Ingat!!! Bahwa peserta didik bukanlah “Batu Bata” yang dapat ditata sesuai kehendak orang lain. Ini sangat erat berkaitan dengan karakteristik unik dari setiap individu dalam cara belajarnya. Mengajar dengan mengikuti atau memperhatikan karakteristik peserta didik akan mewadahi pendidik dengan cara mengajar dengan menggunakan strategi atau metode yang beragam dan berbasis pada Contextual teaching and learning. Startegi ini dapat diwujudkan dengan menggunakan Problem Bases Learning atau Project Based Learning. Banyak unsur yang didapat dalam metode atau strategi ini antara lain, peserta didik dapat membentuk kelompok belajar dan berkolaborasi (Cooperative Learning), mencari dan meneliti sehingga mendapatkan hasil temuan (Inquiry) yang menuju pada pembelajaran individu dan kelompok.
Penerapan pembelajaran ini haruslah dapat dikuasai oleh pendidik untuk memberikan kebebasan berpikir kepada peserta didiknya. Ini bentuk apresiasi yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. Bukan mencari satu jawaban yang benar melainkan keberagaman.
Dalam kesempatan lain Penulis akan memberikan wawasan tentang bagaimana teori pendidikan dan pembelajaran diterapkan dengan benar dalam proses pembelajaran. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi kita semua. Aamiin. Majulah Pendidikan di Indonesia dengan menerapkan proses pembelajaran dengan benar sesuai dengan konsep-konsep pembelajaran.
-------------------------
0 Komentar