APENSO INDONESIA

header ads

Cerpen: SEPEDA KUNO KAKEKKU

Cerpen:

SEPEDA KUNO KAKEKKU

(Gambar Ilustrasi)

Oleh : Kris Mariyono
Director of Jurnalisme Apenso Indonesia



Sepeda kuno milik kakekku bukan hanya sebuah warisan berharga melainkan juga menyemangati hidup nenekku. 

Waktu terus berlalu, meski sudah satu tahun kakekku kembali kehadirat yang kuasa, namun suasana kedukaan masih tergambar dalam wajah nenekku. Maklum, sekitar 50 tahun mendampingi kakekku mulai berpangkat Kopral TNI hingga purna tugas dengan pangkat terakhir Kapten, suka duka diarungi bersama tanpa keluh kesah. Di akhir usia tua Kakekku, kendati tidak sering namun hampir satu minggu sekali mengayuh sepeda kunonya yang ditengarai buatan Inggris abad 19. Tidak heran nenekku, ketika melihat Sepeda kuno kakekku, semangat dan gairah hidupnya kembali berkobar.

Keluargaku suatu saat terhimpit kesulitan ekonomi, ayahku sedang bertugas keluar kota dalam kurun waktu yang cukup lama, kondisi nenekku kesehatannya terganggu, penyakit sesak nafasnya kambuh, ibuku bingung untuk mendapatkan biaya untuk nenekku periksa di rumah sakit. Salah satu jalan menggadaikan sepeda kuno kakekku kepada sahabat ibuku yang dikenal sebagai kolektor Sepeda kuno.

Nenekku setelah rawat inap di rumah sakit beberapa hari, diperkenankan pulang, rawat jalan di rumah. Seperti sebelum masuk rumah sakit, setiap pagi sepeninggal kakek, tidak jarang duduk di kursi sofa di ruang tamu yang dapat langsung ke arah pandang Sepeda kuno kakek di samping lemari kaca. Nenekku ekspresi dan tatapannya hambar saat melihat di samping lemari tidak tampak sepeda kuno. "Dimana sepeda kakekmu," suara perlahan yang keluar dari mulut nenekku yang dihiasi guratan keriputan. Tidak lama setelah menanyakan masalah sepeda kuno milik kakek, nenekku tidak sadarkan diri. Pemandangan tersebut terjadi beberapa kali, ayahku yang telah menyelesaikan tugas keluar kota, menyuruhku menebus sepeda kakekku senilai 4 juta rupiah. Usai kutebus sepeda kakekku kubawa pulang dan ku taruh di samping lemari kaca. Pagi itu kondisi nenekku tampak sehat bugar terlebih ketika pandangannya tertuju pada sepeda kakekku yang tersandar kembali di samping lemari kaca. "Saya melihat sepeda kuno itu seperti bertemu kakekmu," ujar nenekku sembari tersenyum.

----------------




Posting Komentar

0 Komentar