TETAP SEHAT WALAU TAKUT VIRUS
Oleh : apensoindonesia.com
Perilaku matahari pagi. Setidaknya tiga hari ini saya amati. Suasana terang redup. Matahari di balik awan.
Matahari kadang keluar dari awan. Bersinar terang. Hanya sebentar. Mislep (masuk) di balik awan. Keluar bersinar lagi. Sekejap. Mislep lagi. Begitulah perilaku matahari pagi. Setiap hari.
Saya tetap caring di bawah langit. Mengambil sinar matahari pagi. Yang hanya sebentar sebentar bersinar itu.
Lumayan juga. Di kulit saya. Lama - lama. Keluar mruntus - mruntus (butiran) keringat. Sebagai tanda bagian dalam tubuh saya sudah lebih panas dari pada luar tubuh. Asumsi virus dalam tubuh sudah mati.
Siang hari. Redup. Mendung (berawan). Turus hujan. Kadang kepyur (ricih - ricih). Kadang deras. Kadang terang (tidak hujan). Hujan lagi. Sampai subuh pagi hari. Begitu iklim saat ini.
Mungkin merata. Hujan terus. Tampak dari video kiriman. Di berbagai wilayah ada yang masih banjir.
Di desa ini. Pada iklim seperti ini. Kadang, bulu kuduk berdiri. Hampir tiap hari ada yang wafat. Ada yang dianggap karena pandemi. Protokol kesehatan. Dari rumah sakit. Ada yang tidak. Wafat di rumah.
Budaya di sini. Setiap ada orang wafat. Ibu - ibu membawa beras di indit (ditaruh di pinggang). Ada juga yang membawa beras di taruh tas. Di cangking.
Saat sampai di rumah yang wafat. Nglayat (takziah). Beras di taruh jauh dari tempat jenazah. Dulu ditaruh dekat. Bisa di teras, dapur, dan lain - lain.
Saat ini beras para takziah. Beras di taruh jauh. Ada yang di taruh di sebelah rumah. Menjauh dari jenazah. Katanya, takut corona. Eemm kini menjadi masif disini. Takut virus. Alasan? Namanya takut tanpa alasan rasional.
Semoga tetap sehat saja. Caring, menghirup udara bebas, cukup oksigen, (yang pakai masker seringlah bernafas panjang kuat), cukup makan, dan tidak sampai kelelahan.
Semoga semua tetap sehat....aamiin yra.
(GeSa)
0 Komentar