APENSO INDONESIA

header ads

FENOMENA DAN MUDIK

FENOMENA DAN MUDIK

Oleh : Gempur Santoso


Fenomena. Atau gejala di alam. Atau, gejala alam. 

Kini, akhir - akhir ini, hampir semua pakai masker. Ada yang betul hidung. Ada yang menutup mulut. Ada yang hanya menutup dagu. Harapan menutup hidung. Ada petugas tentu banyak ditarik ke atas menutup hidung. Menghindari konflik, diam - diam saja, yang penting tetap damai, tak ramai. Tetap prokes (sebut : protokol kesehatan).

Dulu. Penutup hidung itu juga bernama masker, terhindar dari debu. Kini masker penutup hidung dianggap agar terhindar dari virus. Mengalami perubahan. Atau virus itu dianggap mirip debu.

Fenomena lain. Kini dan sejak tahun lalu, mudik tidak dianjurkan. Tujuan tekstual, agar tidak terjadi kerumunan. Niscaya. Tampak, larangan mudik berhadapan mengurangi "budaya silaturahim". 

Karena anjuran pemerintah, maka rakyat mengikuti. Manut.

Fenomena di alam lagi. Larangan mudik. Berlaku atar provinsi, antar kabupaten (lokal). Mungkin karena itu. Nyatanya, di daerah saya membuat ramai di jalan, toko - toko buka. 

Sangat beda dengan beberapa tahun lalu. H -3 hari raya idul fitri, sudah sepi. Jalanan lengang, banyak toko dan penjual lainnya tutup.

Bahkan, di kampung saya. Kini masih tetap orang jualan naik sepeda keliling : tahu, tempe, tempe gembos. Dan, penjual keliling lainnya.

Karena tak mudik. Tetap dalam keseharian di tempat tinggal. Di tempat kerja. Dalam wilayah lokal kabupaten.

Fenomena lainnya. Saat di rumah saja. Bisa makan apa saja. Pakai on line. Lewat handphone (hp). Tentu hp bisa operasional harus pulsa cukup, pulsa internet cukup. Uang pun cukup.

Menjadi fenomena. Waktu mudik bergeser. Silaturahim ke orang tua atau sanak famili, bergeser. Hanya bergeser waktu. Ada yang sebelum tanggal mudik dilarang. Sudah silaturahim ke leluhur yang masih hidup juga yang sudah tiada. Termasuk ke sanak famili.

Sangat mungkin. Akan ada fenomena. Setelah tanggal dilarang mudik. Mereka akan mudik.

Mengapa? Tampak mudik adalah budaya bangsa di negeri ini. Hanya bergeser waktu saja. Cari waktu yang aman, nyaman, damai dan dalam keselamatan. Tidak membuat ramai. Tidak dalam keputusan dilarang.

Mengapa mudik menjadi budaya walau bergeser? Karena "silaturahim" adalah menjadi mutiara menjalankan ibadah sesama. Sebagai bangsa bukan individualis,  bukan negara individualis, perlu silaturahim, dibutuhkan. Selain itu, utama, dalam hadits "silaturahim dapat memperpanjang umur".

Semoga semua selamat, tetap bisa bersilaturahim dengan bahagia. Walau bergeser geser.

Selamat hari raya idul fitri 1442 H, mohon maaf lahir batin. Salam sehat semua..aamiin yra..

(GeSa)




Posting Komentar

0 Komentar