APENSO INDONESIA

header ads

Mudik Tertuju Hari Raya Idul Fitri 1442 H

Mudik Tertuju Hari Raya Idul Fitri 1442 H


Oleh : Gempur Santoso

(Dosen Universitas Hasyim Latif / UMAHA Sidoarjo)


Untuk apa mudik. "Mudik" artinya pulang ke orang tua, leluhur, dan sanak famili. Silaturahim dengan mereka. Kangen - kangenan dengan mereka, lama tak jumpa. Itulah pentingnya "mudik".

Mudik (Jawa) artinya "naik". Zaman dulu memiliki tempat tinggal di hutan/gunung. Lokasi di atas tanah daratan. Mereka yang muda ada yang berkerja (cari nafkah) di ngare (daratan rendah). Ngare bisa berarti kota, atau keramaian, di bawah di dataran rendah.

Saat lebaran (riyoyo/hari raya idul fitri). Pulang ke kampung halaman berada di atas, daratan tinggi. Ketemu lagi keluarganya. Ketemu familinya.

Zaman dulu. Keluarga : anak, cucu, paman, bibi, pakde, bude, sepupu (misanan), mindoan, mentelon, nenek/kakek, buyut (eyang yut), canggah, udek udek, siwur, dan seterusnya. Semua itu masih sedarah. Famili.

Artinya sedarah, itu merupakan hubungan sebab akibat (cause-efect). Seperti ada anak akibat ada orang tua. Ada orang tua akibat adanya kakek/nenek. Dan seterusnya. Juga, ada hubungan (correlation).

Kita harus sadar. Kita ada karena sebelumnya ada leluhur. Ada nasabnya atau masih sedarah. 

Saat ini. Tampaknya keluarga, ada yang sebatas anak, orang tua dan nenek/kakek. Penyebab yang lain dilupakan atau terlupakan. Atau menganggap dirinya ada bukan dari leluhur. 

Mengingatkan hal seperti itu, orang Jawa menyindir "opo lair mletek soko watu" (apa lahir dari batu yang pecah)?". Tentu kita ada, karena ada leluhur. Bukan dari batu.

Memang masalah leluhur menjadi banyak versi. Ada yang sebatas nasab mukrim. Ada juga yang disebut masih "pancer wali". Ada yang juga masih bernasab sampai ratusan tahun yang lalu. Macam - macam keturunan.

Ya sudahlah. Utamanya "mudik". Dalam "mudik" terdapat yang esensial yakni "silaturahim".

Saat ini seolah "mudik"  dilarang. Ya memang dilarang. Tapi, sesuai ketentuan, jika membawa surat dinas dari kantornya. Atau surat dari desanya. Juga surat bebas covid. Darurat ada yang sakit dan ada yang akan melahirkan. Masih dibolehkan mudik.

Sebaiknya, tidak terlalu "keras/kaku" atau "menyiksa" atau "sensasi" terhadap yang terlanjur mudik. Mereka "silaturahim" ke keluarganya. Kebetulan tepat saat ini sedang pandemi corona virus.

Ada hadits "bersilaturahim akan memperpanjang usia". Selain itu, silaturahim akan memberi dampak baik, yakni : rukun. Persatuan Indonesia. 

Semoga semua masyarakat selamat dari situasi kondisi pandemi covid ini. Tetapi tidak juga meninggalkan budaya "silaturahim". Sesuaikan. Tetap pakai protokol kesehatan. Patuhi ketentuan.

Tetap bahagia di hari suci (fitri). Sebelumnya, saya ucapkan selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1442 H.

Semoga tetap sabar dan sehat semua. Mohon maaf lahir batin.

(GeSa)



Posting Komentar

0 Komentar