APENSO INDONESIA

header ads

ANTARA NADIEM, GOJEK DAN PENDIDIKAN

ANTARA NADIEM, GOJEK DAN PENDIDIKAN


Oleh : Warsono
Guru Besar UNESA



Tulisan ini mencoba mencari tautan antara Nadiem Makarim dengan Gojek dan Menristekdikti. Meskipun hubungan ketiganya sudah sangat jelas dan hampir semua orang tahu bahwa Nadiem adalah pendiri Gojek, suatu perusahaan teknologi yang menghubungkan antara penyedia jasa dan penggunanya. Dan kita juga tahu bahwa Nadiem adalah menteri pendidikan, kebudayaan, riset dan teknolgi.

Harus diakui bahwa prestasi Nadiem mendirikan Gojek sangat luar biasa, bahkan bisa dikatakan mengagumkan. Bermodalkan kreatifitas ia memanfaatkan kemajuan teknologi, untuk membangun suatu sistem yang menghubungkan berbagai data. Bahkan perusahaan yang pada awalnya hanya melayani jasa transfortasi, saat ini sudah merambah kepada pelayanan jasa yang lain seperti makanan dan pengiriman barang. Perusahaan tersebut telah memberi kemudahan kepada para pengguna jasa, karena mereka akan dilayani sampai ke pintu rumah. Mereka tinggal klik, apa yang dibutuhkan sudah akan datang dalam waktu hitungan menit.  

Keberhasilan Nadiem membangun perusahaan berbasis digital inilah yang mengantarkan ia menduduki jabatan menteri dalam dua periode di era pemerintahan presiden Joko Widodo. Meskipun pada periode kedua pemerintahan Joko Widodo, banyak yang memprediksi bahwa Nadiem akan diganti atau tidak lagi duduk di kementerian pendidikan dan kebudayaan. Faktanya Beliau masih tetap ditunjuk sebagai menteri. Bahkan tugasnya tidak hanya mengurusi pendidikan dasar dan menengah, tetapi malah ditambah dengan pendidikan tinggi dan ristek. 

Banyak orang yang mempertanyakan apa prestasi Nadiem sehingga ditunjuk kembali sebagai menteri yang ngurusi bidang pendidikan. Ketika menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan, banyak kebijakan yang menimbulkan reaksi banyak orang, seperti keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2021 tentang standar nasional pendidikan. Salah satu konsep yang menjadi unggulan dari Nadiem adalah konsep merdeka belajar. Namun sampai saat ini realisasi dan hasilnya juga belum terlihat. Bahkan di tataran bawah konsep tersebut masih belum dipahami bagaimana praktiknya.  

Tentu ada hal yang bisa dijadikan sebagai alasan mengapa Nadiem diangkat menjadi menteri lagi. Saat presiden Joko Widodo sedang memikirkan bagaimana meningkatkan daya saing bangsa, maka bidang pendidikan menjadi kunci utamanya. Pendidikan harus mampu menghasilkan sumberdaya manusia yang kreatif dan inovatif sehingga bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 

Daya kreatif dan inovatif tersebut telah ditunjukan oleh Nadiem Makarim. Beliau telah terbukti mampu membuat suatu perusahaan teknologi yang pertama di Indonesia dalam bidang transfortasi yang diberi nama Gojek. Perusahaan tersebut mampu menghasilkan keuntungan yang besar. Bahkan pada tahun 2018 Gojek mampu menyumbang 44,2 trilyun untuk ekonomi di Indonesia (kompas.com, 21 /3/2019).  

Jika sumber daya manusia Indonesia seperti Nadiem Makarim, tentu Indonesia akan unggul dalam perekonomian. Ini tampaknya yang menjadi titik tumpu dan temu mengapa presiden memilih Nadiem menjadi menteri pendidikan. Presiden berharap pendidikan di Indonesia mampu menghasilkan sumber daya manusia seperti Nadiem. 

Namun, Gojek tidak bisa disamakan dengan pendidikan. Begitu juga sistem dalam perusahaan tidak bisa diaplikasikan begitu saja dalam pendidikan. Pendidikan adalah proses untuk melakukan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku. Yang harus dilakukan dalam pendidikan bukan mengaplikasikan kreatifitas Nadiem ketika membangun perusahaan Gojek, tetapi bagaimana pendidikan bisa menghasilkan orang-orang seperti Nadiem yang kreatif dan inovatif. Pengalaman yang dialami oleh Beliau, sehingga membentuk pribadi yang kreatif dan inovatif itu yang harus diaplikasikan dalam pendidikan di Indonesia.  

Tampaknya konsep merdeka belajar merupakan pengalaman yang dialami Nadiem dalam pendidikan. Jika merdeka belajar dimaknai sebagai kebebasan berpikir, hal ini seperti yang terjadi di Eropa pada abad ke 15-16 M. Ketika dogma agama mengungkung kebebasan berpikir, Eropa mengalami masa kegelapan. Oleh karana itu, muncul gerakan yang menuntut kebebasan berpikir seperti yang dialami oleh orang-orang Yunani.

Dengan adanya kebebasan berpikir, lahirlah berbagai temuan dalam bidang ilmu dan teknologi. Pertanyaan kritis seperti yang dilakukan oleh Newton, mengapa apel jatuh ke bawah telah mengungkap adanya gravitasi. Pertanyaan kritis tersebut menghasilkan kreatifitas dan inovasi yang kemudian melahirkan revolusi industri yang sekarang telah sampai pada tahap 4.0.  

Kebebasan berpikir berarti kebebasan untuk bertanya dan berpendapat. Karena berpikir pada hakikatnya adalah menjawab pertanyaan. Dengan merdeka belajar, berarti para peserta didik bebas mempertanyakan apa saja. Siswa tidak boleh dihantui rasa takut dalam bertanya. Tidak ada pertanyaan yang salah, yang ada hanyalah jelas atau tidak, kritis atau tidak. Bertanya bukanlah suatu kebodohan, seperti yang distikmakan oleh para guru selama ini. Bertanya merupakan bentuk kekritisan atau ketidaktahuan. Dengan bertanya, mereka akan memperoleh pengetahuan baru. Namun, jika tidak ada pertanyaan tidak akan lahir ilmu dan teknologi. 

Pendidikan seharusnya membebaskan setiap peserta didik untuk berpikir. Konsep merdeka yang ditawarkan oleh Nadiem harus dimaknai sebagai kebebasan berpikir, kebebasan bertanya dan berpendapat. Pendidikan bukan hanya sekedar transfer pengetahuan, tetapi harus menggerakkan akal untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Akal bukanlah gudang sebagai tempat menyimpan pengetahuan, tetapi merupakan mesin yang siap memproduksi pengetahuan. 

Implementasi merdeka belajar harus disertai dengan perubahan paradigma proses belajar mengajar. Tugas guru atau dosen bukan memindahkan pengetahuan yang dimiliki, tetapi menggerakkan kemampuan berpikir para peserta didiknya. Para guru dan dosen harus mendorong peserta didiknya menjadi pembelajar yang tangkas (agil learner) dengan cara mendorong mereka untuk terus bertanya.  

Di sisi lain, para guru juga harus mampu membuat pertanyaan kritis untuk merangsang berpikir siswa. Bagi guru, kemampuan membuat pertanyaan kritis jauh lebih penting daripada menjelaskan atau menjawab. Memang tidak semua pertanyaan bisa dijawab, tetapi pertanyaan tersebut merangsang untuk mencari jawabannya. Jika merdeka belajar sudah membudaya dalam pendidikan, akan lahir generasi-generasi bangsa yang kreatif dan inovatif. Generasi yang seperti ini yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan. Mereka menjadi modal untuk menghadapi persaingan global.  ***

 

Posting Komentar

0 Komentar