OPOP Berpotensi Wujudkan Negara Berswasembada
Tuban, apensoindonesia.com - Selain menopang perekonomian Jatim, Program One Pesantren One Product (OPOP) juga berpotensi menjadikan Indonesia bukan lagi sebagai negara berkembang namun sebagai negara maju dan berswasembada. Artinya OPOP harus terus meningkatkan produktivitasnya, sehingga mampu menjadikan negeri ini sebagai negara berswasembada tanpa perlu banyak melakukan impor.
Demikian dikatakan Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia(Apvokasi) Jatim, Dr. Ir. Jamhadi MBA, saat menjadi narasumber Program Dialog Kopilaborasi Sambang Pesantren bertema Strategi Pemasaran Produk Pesantren, di Aula Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Selasa (29/6/2021).
Guna memperluas pengenalan dan pemasaran produk oleh pesantren - pesantren ini, menurut Jamhadi, yakni kuncinya ada pada produk itu sendiri. “Kuncinya ya dari produk itu sendiri, karena produk itu dikatakan berhasil ketika konsumen membeli lagi dan merekomendasikan produk itu kepada temannya,” ujarnya.
Memasarkan produk memang tidak mudah, Dikatakan Jamhadi, melalui OPOP ini nantinya terjalin kolaborasi antar pesantren agar tercipta satu merek guna menekan cost produksi.
“Akan diusahakan untuk membuat satu merek, misalnya satu merek dari kolaborasi sepuluh ponpes (pondok pesantren). Hal ini tujuannya agar supply nya cepat untuk dipasarkan ke khalayak banyak dan menekan ongkos produksi,” terangnya.
Ia juga mengatakan bahwa tahun 2017 lalu pernah ditemui produk lokal pesantren dari Lamongan dan Tuban di Moskow yang sudah berhasil masuk ke pasar internasional. Dengan demikian, perlu memperkuat empat hal guna mencapai pemasaran yang lebih luas lagi, yakni quantity, quality, product, dan price.
“Keempatnya merupakan hal yang perlu diperhitungkan ketika ingin memasarkan produk,” katanya.
Jamhadi juga menyampaikan pesan kepada para santri agar membalik keadaan,yang semula biasanya santri menjadi konsumen produk asing, namun bisa diubah dengan menjadikan orang asing sebagai konsumen produk santri.
“Harus diubah yang dulu menjadi konsumen produk asing maka sekarang orang asing yang menjadi konsumen produk kita atau bahkan kita menjadi konsumen produk kita sendiri,” ujarnya. **(alm/d7/muz)
0 Komentar