APENSO INDONESIA

header ads

AJAK GENERASI EMAS UNTUK LESTARIKAN BUDAYA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

“AJAK GENERASI EMAS UNTUK LESTARIKAN BUDAYA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL“


Oleh : Banu Atmoko
Apenso Indonesia



Prinsip-prinsip belajar dan pengkondisian yang digambarkan dalam teori B.F. Skinner dan John B. Watson menjelaskan tentang perkembangan manusia. Teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa banyak perilaku manusia dipelajari dengan cara mengamati perilaku dan sikap-sikap orang lain, dan menggunakannya sebagai contoh bagi perilaku kita sendiri. 

Akhir-akhir ini di sosial media lagi populer dengan istilah "Kids Zaman Now" dan istilah ini semakin hari semakin menjadi sorotan publik. Yang dimana perkembangan dunia anak sekarang memang sangat berbeda dengan anak kelahiran tahun 1990-an yang banyak menghabiskan masa kecil dengan bermain bersama teman sebaya, bermain mainan tradisional dan jauh dari kata gadget beda dengan kids zaman now yang banyak menghabiskan masa kecil dengan menggunakan gadget.

Oia, kids zaman now berbeda dengan generasi millennials. Jika kids zaman now yaitu generasi Z, sedangkan millennial yaitu generasi Y, jadi kids zaman now artinya anak-anak muda yang lahir setelah tahun 2000-an.

Di Indonesia kebudayaan yang berasal dari luar negeri sering kali tidak mendapatkan filterisasi terlebih dahulu, dampaknya banyak kebudayaan Indonesia yang luntur dan terlupakan oleh anak muda penerus bangsa terutama kids zaman now. Mereka lebih memilih kebudayaan asing tanpa memilah dan memilih yang baik atau buruk dan membuat khawatir para orang tua. 

Dari perkembangan anak jika dikaitkan dengan kebiasaan anak-anak zaman sekarang dengan yang sebelumnya, kita akan menemukan hal-hal yang berbeda. Lahir di era teknologi canggih membuat mereka mengenal gadget sejak dini, hingga menjadikan mereka sebagai pengguna gadget yang cukup aktif. 

Misalnya, anak sekarang lebih sering menonton YouTube, bermain game daripada membaca dan apapun yang dilakukan selalu di abadikan dengan kamera atau bahasa kerennya selfie. Mau makan harus selfie, bangun tidur selfie juga, sedang menangis karena patah hati dicuekin atau ditinggalkan pacar selfie juga, segala hal aktivitas apa saja pasti selfie atau makan di suatu cafe yang sedang hitz, menggunakan hape yang bermerek, menggunakan barang yang branded sampai kadang membeli barang KW hanya untu fashion agar terlihat kekinian, dll kemudian setelah merekam dan memotret segala sesuatu aktivitas kemudian diunggah ke medsos mereka. 

Selain teknologi sekarang banyak Gen Z ini memiliki style seperti budaya luar contohnya yang paling keliatan adalah rambut di warna-warnain, kalau anak - anak tidak melakukan hal tersebut bisa dikatakan ketinggalan zaman. 

Dewasa ini permainan tradisional yang merupakan satu dari sekian banyak warisan budaya bangsa mulai hilang dan lambat laun semakin tidak terdeteksi keberadaannya akibat dari globalisasi yang memunculkan permainan baru yang lebih canggih. 

Permainan tradisional yang merupakan salah satu kearifan lokal bangsa yang saat ini mulai terkikis zaman mulai kembali dimunculkan dan sedang berusaha dipertahankan keberadaannya.

Permainan tradisional adalah sebuah permainan turun temurun dari nenek moyang yang di dalamnya mengandung berbagai unsur dan nilai yang memiliki manfaat besar bagi yang memainkannya. Menurut James Danandjaja, permainan tradisional adalah salah satu bentuk permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun, serta banyak mempunyai variasi. 

Jika dilihat dari akar katanya permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari 9 generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan. (Azizah: 2016: 284) 

Permainan tradisional sudah tumbuh dan berkembang sejak zaman dahulu. Setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda. Pada zaman dahulu permainan dijadikan sebagai sarana rekreasi untuk mencapai kesenangan. Permainan tradisional dipercaya mengandung nilai luhur yang diciptakan oleh nenek moyang sebagai sarana pembelajaran bagi anak-anak. 

Kurniati (2016: 2) menjelaskan bahwa permainan tradisional merupakan suatu aktivitas permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu, yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Penurunan permainan tradisional pada tempo dahulu tidaklah menggunakan tulisan atau aksara yang dibukukan, melainkan secara lisan dan contoh langsung kepada para generasi yang kemudian disebar luaskan. Achroni dalam Haris (2016: 16) mengungkapkan bahwa permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya. 

Permainan tradisional tidak dapat dipisahkan dari generasi terdahulu. Permainan tradisional merupakan salah satu aktivitas penting sebagai sara belajar bagi anak-anak pada masa dahulu, permainan tradisional tidak bisa dibiarkan hilang. Keberadaan permainan tradisional harus senantiasa dijaga keberadaannya sebagai sarana bermain dan belajar bagi anak-anak. 

Secara sederhana permainan tradisional dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional merupakan warisan budaya yang di turunkan secara turun temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Permainan tradisional adalah suatu aktifitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak sejak zaman dahulu dengan aturan-aturan tertentu guna memperoleh kegembiraan. 

Masa modern sekarang ini, selain anak dituntut untuk dapat mengikuti perkembangan zaman juga diharapkan di kemudian hari anak-anak mengetahui akan jenis-jenis permainan tradisional di Indonesia. Interaksi anak-anak dalam permainan akan membangkitkan kemampuan anak untuk menilai mana yang baik dan tidak baik, misalnya, ada anak yang bermain curang dalam permainan, pasti teman-temannya akan memberi hukuman moral dengan tidak mengikutkan anak yang curang tersebut dalam permainan. Permainan tradisional mampu menumbuhkan nilai sportivitas, kejujuran, dan gotong royong.

Masa pandemi ini membuat generasi emas Indonesia sudah lambat laun mulai melupakan permainan tradisional yang dimiliki bangsa ini dikarenakan semua Generasi Emas sibuk dengan HP mereka masing – masing untuk bermain Game Mobile Legend dan lain lain. 

Oleh karena itu, pada hari Senin, 26/7/2021 siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir membuat sebuah video untuk mengajak Generasi Emas Indonesia kembali bermain permainan tradisional. 

Dimana MAS AYU DINI SUCIATI, siswa kelas 9 SMP PGRI 6 Surabaya bersama dengan MOCH. SUIB, SYAHBANIA ERLITA bersama tim mengajak bermain permainan tradisional antara lain permainan engkleh, kompat tali, dakon, dan bekel.

Adapun kegiatan tersebut siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya di damping oleh kak SYAHRUL, S.Pd selaku Pelatih Pramuka dan Panahan kelahiran November 1986.

Menurut penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya beliau sangat bangga dengan siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya walaupun hidup di zaman now dan zaman gedget, tapi mereka masih paham permainan – permainan tradisional, makanya dalam kesempatan tersebut menyampaikan jangan melupakan sejarah masa lalu untuk mengenang permainan tradisional, karena dari permainan tradisional memunculkan kebersamaan dan gotong royong.

Di akhir penutup, penulis mengajak generasi milenial harus kuat, harus cerdas! Jangan lupa patuhi protokol kesehatan dan selalu berdo'a di setiap alunan langkahmu. Semoga sehat sukses, berkah barokah selamanya selalu anak-anakku untuk menjadi Generasi Emas Unggul
Anak – anak Hebat Indonesia khususnya Anak Hebat Kota Surabaya. 

Ayo kita tonton video permainan tradisional dari siswa/Siswi SMP PGRI 6 Surabaya melalui link, serta mohon bantuan dukungan like-nya pada Video tersebut agar SMP PGRI 6 Surabaya tetap terus berkarya dan berprestasi di masa Pandemi COVID 19.
#TantanganGuruSiana
#dispendikSurabaya
#Guruhebat




Posting Komentar

0 Komentar