APENSO INDONESIA

header ads

AJAK SISWA DAN GURU SMP PGRI 6 SURABAYA SEBELUM MEMBUKA TAHUN PELAJARAN 2021-2022 MEMAHAMI KESEHATAN DAN KESELAMATAN NEGERI INI

“AJAK SISWA DAN GURU SMP PGRI 6 SURABAYA SEBELUM MEMBUKA TAHUN PELAJARAN 2021-2022 MEMAHAMI KESEHATAN DAN KESELAMATAN NEGERI INI”

(Gambar Ilustrasi)

Oleh : Banu Atmoko
Apenso Indonesia



Bisa saja orang salah memahami doa bersama. Artinya bahwa doa bersama dianggap sebagai suatu cara untuk menyamakan tehnik dan tata cara berdoa. Ada anggapan bahwa doa bersama adalah doa yang dilakukan untuk menyamakan kesamaan ritual beragama. Anggapan-anggapan ini tentu saja boleh dan sah saja, sebab tentunya mereka berpendapat sesuai dengan konstruksinya tentang doa di dalam keyakinannya masing-masing. 

Namun demikian, sesungguhnya esensi dari doa bersama adalah tetap pada keyakinannya masing-masing. Yang Islam berdoa dengan cara keislamannya, yang Nasrani berdoa sesuai dengan kenasraniannya, yang Hindu berdoa dengan cara kehinduannya, dan seterusnya. 

Di dalam agama memang ada dimensi yang tidak bisa dikompromikan sebab hal itu merupakan inti dan asas ajaran agama yang tidak bisa ditawar, yaitu dimensi teologis dan ritual. Dua aspek ini yang biasanya menjadikan jarak social dan religious menjadi sangat tegas dan jauh. Bahkan, di dalam realitas empiris juga tidak jarang menjadi faktor pemicu konflik yang berkepanjangan. 

Namun demikian, dua hal itu masih bisa dinegosiasikan melalui tindakan kebersamaan, yaitu melalui akhlak berbasis humanitas. Negosiasi yang saya maksudkan adalah bertemunya dua kepentingan berbasis kebersamaan, atau kerukunan, harmoni dan keselamatan. Negosiasi bukan dalam makna menyamakan atau mempersatukan teologi dan ritual seperti doa, akan tetapi negosiasi waktu kebersamaan dan tempat kebersamaan. 

Di dalam doa bersama, maka yang mendasar adalah time and space dan bukan inti doa di dalamnya. Seperti doa yang diselenggarakan di dalam acara temu agama-agama di Pagoda Replica Temple of Heaven yang diselenggarakan oleh Yayasan Chengho bekerja sama dengan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel dan pemilik Kenjeran Park, menurut saya sejauh yang saya alami bukanlah bentuk penyamaan teologis dan ritual. Sebab, doa tersebut tetap dibacakan dengan menggunakan doa dalam bahasa agama Islam dan dalam bahasa Indonesia. 

Ketika saya memimpin doa tersebut, maka saya antarkan bahwa doa akan saya bacakan dalam tata cara agama Islam dan kemudian yang beragama lain dipersilahkan membaca doa sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Jadi, sama sekali tidak ada keinginan untuk menyamakan doa tersebut menjadi semacam melting pot, mencampuraduk atau bahkan menjadikannya sebagai satu kesatuan ajaran.

Namun yang jauh lebih mendasar adalah bahwa ada nuansa simbolik kebersamaan, kerukunan dan keharmonisan antar penganut agama. Bisa dibayangkan bahwa mereka datang adalah dari berbagai etnis. Ada Cina, Jawa, Madura, Sunda dan sebagainya. Mereka juga berlatarbelakang agama yang berbeda. Ada Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Kong Hu Cu dan bahkan penganut sekte-sekte lain. Di tempat ini mereka duduk bersama, berdiri bersama, menikmati makanan bersama, dan bahkan bercengkerama bersama.

Jika melihat kenyataan ini, maka saya terbayang bahwa inilah sesungguhnya inti di dalam kehidupan itu. Semuanya hidup di dalam kebersamaan. Semuanya hidup di dalam keharmonisan. Dan semuanya akan berada di dalam keselamatan. Menyemai kerukunan tentu tidak bisa dibangun dari saling mencurigai dan menegasikan. Akan tetapi seharusnya berbasis dialog yang berkesetaraan.

Membangun kerukunan haruslah dimulai dari pemahaman tentang keanekaragaman, tetapi memiliki potensi untuk kebersamaan. Tanpa pemahaman seperti ini, maka kerukunan dipastikan tidak akan dapat diperoleh. Tekanan demi tekanan kehidupan sungguh luar biasa ketika seseorang hidup di era modern dan kompetisi ini. Orang saling berebut untuk mewujudkan kepentingannya. 

Makanya, potensi hidup bersama dalam semangat keberagamaan yang lapang dan menyejukkan mesti harus ditumbuhkembangkan. Jika ini bisa dicapai, maka kita akan tetap memiliki keyakinan, bahwa Negara Indonesia yang kita cintai ini akan terus ada sepanjang sejarah kehidupan umat manusia.

Memasuki awal Tahun Pelajaran baru 2021/2022 SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS "AL-IKHLAS Surabaya Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir pada hari Senin, 12/7/2021 sebelum memulai tahun pelajaran 2021/2022 siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS "AL-IKHLAS Surabaya datang ke sekolah pukul 07.00.

Pada saat siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS "AL-IKHLAS Surabaya datang bapak/ibu guru SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS "AL-IKHLAS Surabaya diperiksa suhunya oleh bapak/ibu guru yang bertugas. Setelah diperiksa, seluruh siswa/siswi cuci tangan dan pakai sabun. Setelah itu, menuju ke tempat teras sekolah untuk melaksanakan sholat dhuha, sholat Hajat yang dipimpin oleh Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya. Setelah itu, seluruh siswa/siswi melanjutkan dengan pembacaan Yasin dengan membawa AL- Qur'an masing-masing.

Menurut Penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah Kegiatan PRA MPLS ( Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah ). Di samping itu juga, di bulan Dzulhijah anak - anak di ajak doa untuk keselamatan bangsa dan negara ini agar dijauhkan dari Covid, serta di Tahun 2021/2022 SMP PGRI 6 semakin sukses, jaya, berkah barokah selamanya.
#TantanganGurusiana
#GuruHebat



Posting Komentar

0 Komentar